Kriminalitas semakin meningkat dari tahun ke tahun. Terakhir kita mendengar berita mengerikan tentang keluarga yang dibunuh di Pulo Mas, Jakarta. Sebagian korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Rasanya hidup tidak lagi aman dan nyaman, kita dihantui kecemasan. Bahaya bisa mengincar kita dimana pun kita berada. bahkan juga di tempat-tempat yang seharusnya terlindung dari upaya kejahatan.
Perempuan dan anak-anak sangat rentan menjadi korban tindak kejahatan. Mereka dipandang sebagai makhluk yang lemah dan mudah ditaklukkan. Pendapat ini memang ada benarnya mengingat bahwa fisik perempuan tidaklah sekuat laki-laki. Namun hal itu bukan berarti bahwa perempuan harus mandah saja, menyerah pada keadaan. Perempuan harus bangkit untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Jika perempuan mampu menjaga diri, maka ia juga akan mampu menjaga anak-anaknya.
Kekerasan seksual ternyata sering dialami oleh perempuan. Tindak kejahatan ini memang tidak begitu tampak di permukaan atau sering diberitakan di media-media massa. Padahal kekerasan seksual ini terjadi hampir setiap hari. Terutama di ruang publik atau tempat-tempat umum yang nyaris tak terdeteksi oleh pihak berwajib. Misalnya dalam angkutan umum seperti bus dan kereta. Banyak penjahat seksual, atau penjahat kelamin beroperasi di angkutan umum. Mereka memanfaatkan padatnya penumpang dalam melaksanakan aksinya.
WSDK
Berangkat dari keprihatinan itulah komunitas Ladiesiana dari Kompasiana mengadakan pelatihan WSDK (Women Self Defence of Kopo Ryu). acara ini digelar dalam rangka memeringati Hari Ibu sekaligus menyambut akhir tahun dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat. WSDK mengajakan perempuan bagaimana cara membela diri atau mempertahankan diri ketika mendapat serangan dari para penjahat. Bertempat di Mitra Terrace, pada tanggal 23 Desember lalu, perempuan-perempuan Ladiesiana berkumpul untuk mendapatkan pengetahun dari Eko Hendrawan, Couch sekaligus founder WSDK.
Saya termasuk orang yang pertama tiba di lokasi, karena terbiasa datang tepat waktu. Saya bertemu dengan salah seorang teman, yaitu Dewi Riani yang kebetulan memang sedang mencari saya. Kami berdua menunggu kedatangan teman-teman lain sambil sesekali selfie. Mitra Terrace memang memiliki eksterior yang menarik sehingga bagus untuk dijadikan background selfie.
Tak berapa lama teman-teman lain mulai berdatangan, termasuk mbak Wardah Fajri yang menjadi tuan rumah sekaligus panitia. Kami diajak bersantai dahulu di Star Dimsum, yang telah menyediakan minuman dan makanan kecil. Eh, ruangan di dalam ternyata juga bagus lho. Di dinding ada gambar para presenter TV dari Net.TV, sedangkan di bagian lain adalah gambar-gambar orang-orang terkenal lainnya. tentus aja kami juga menyempatkan diri untuk berselfie ria di sini.
Ketika kang Eko datang, kami sudah selesai menikmati snack time. Jadi tambah semangat untuk menimba ilmu dari kang Eko. Dewi Riani bahkan melakukan wawancara sendiri karena penasaran mengenai WSDK ini. Teman-teman berkumpul di depan panggung. Ada panggung rendah di Mitra Terrace ini yang dikelilingi kolam ikan, biasanya digunakan untuk pertunjukan seni atau musik. Kali ini kita gunakan untuk memeragakan latihan WSDK.
WSDK tidaklah seperti ilmu bela diri lainnya yang njelimet dan memiliki banyak jurus. WSDK menggunakan gerakan-gerakan simpel/sederhana yang mudah diikuti dan dilakukan oleh setiap wanita. Tujuan inti dari pendirian WSDK adalah membentuk pertahanan wanita dari serangan pelaku kejahatan. Sebuah kepedulian untuk melindungi kaum wanita dari tindak kejahatan. WSDK ini berpusat di kota Bandung (di jalan Kopo). BTW, ternyata belakangan saya ketahui bahwa Kang Eko ini adalah adik dari teman kuliah saya.
Latihan
Kang Eko naik ke panggung dengan mbak Yayat menjadi pemandu sekaligus MC-nya. Kompasianer of the year ini mau saja didaulat menjadi MC oleh mbak Wardah Fajri. Dengan gaya santai dan senda gurau, mulailah kang Eko memberikan beberapa pengarahan. Tampil sebagai pendamping dan 'obyek penderita' adalah Mas Satto Raji. Ceritanya, dia berperan menajdi penjahat yang harus dibasmi, he he.