Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Begini Penampakan Stasiun Tanjung Priuk

Diperbarui: 1 Juli 2016   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampakan stasiun ketika baru mendarat dari KRL (dok.pribadi)

Stasiun Tanjung Priuk adalah destinasi pertama dari rangkaian acara jelajah Tanjung Priuk Komunitas Click. Bagi yang belum pernah ke sana, tentu belum pernah membayangkan bagaimana bentuk dan suasana stasiun ini. Apakah stasiun Tanjung Priuk mirip Stasiun Jakarta Kota atau Manggarai, atau justru seperti Cikini atau Juanda? Pasti dalam benak mereka, Stasiun Tanjung Priuk adalah stasiun kecil, karena jarang digunakan dan Commuter Line juga hanya ada enam kali sehari.

penampakan stasiun dari arah datangnya KRL/arah Barat (dok.pribadi)

Dugaan itu salah sama sekali. Ternyata Stasiun Tanjung Priuk adalah stasiun yang cukup megah dan masih menyisakan kejayaan bangsa Belanda di masa lalu. Sebagaimana saya pernah sebutkan dalam artikel Click, stasiun ini menjadi saksi bagaimana Belanda mendistribusikan barang-barang yang turun dari pelabuhan ke berbagai tempat di pulau Jawa. Maka stasiun ini haruslah sangat memadai untuk mendukung aktivitas dari pelabuhan, oleh sebab itu ukurannnya cukup besar dan luas.

jalur yg digunakan Commuter Line (dok.pribadi)

Sayangnya stasiun ini justru terbengkalai dan nyaris vakum dari aktivitas pada zaman modern ini. Sejak tahun 2010 tak ada kereta yang beroperasi di stasiun Tanjung Priuk. PT KCJ baru mulai menerjunkan Commuter Line jurusan Jakarta-kota ke Tanjung Priuk pada akhir Desember yang lalu. Perlahan tapi pasti, stasiun Tanjung Priuk bangkit dari mati suri dan mulai menggeliat kembali. Semula penumpang yang naik ke jurusan ini masih sangat sepi, tetapi setiap bulannya bertambah walau tidak secara signifikan.

monumen roda dari zaman Belanda (dok.pribadi)

Menurut sejarah, orang yang berjasa mendirikan stasiun Tanjung Priuk ini adalah arsitek bernama Ir.C.W. Koch. Tentu saja ia mendisain stasiun sesuai dengan permintaan Gubernur Belanda pada saat itu.  Letaknya pun diambil yang paling strategis, yaitu berhadapan langsung dengan jalan menuju pelabuhan Tanjung Priuk. Dan sekarang juga bersebelahan dengan terminal bus Tanjung Priuk, sehingga boleh dikatakan Tanjung Priuk memiliki akses kemana-mana, baik melalui kereta, bus kota, Trans Jakarta dan kapal laut. 

jalur 3 dan 4 kosong (dok.pribadi)

Keuntungan dari tidak banyaknya penumpang dan Commuter Line yang hilir mudik adalah kita bisa menikmati keindahan dan kemegahan stasiun Tanjung Priuk ini. Kita bisa menyusuri dari sudut satu hingga sudut-sudut lainnya yang mencerminkan arsitektur khas Belanda. Karena suasananya cukup 'khidmat' maka kita merasa seperti di dalam sebuah musium terbuka. Banyak orang yang memanfaatkan keantikan stasiun Tanjung Priuk untuk berselfie ria. Bahkan kadangkala stasiun ini digunakan untuk shooting beberapa film Indonesia.

jalur untuk kereta barang (dok.pribadi)

Perlu diketahui, agar hati-hati dalam membuat foto-foto di tempat ini. Kalau hanya menggunakan smartphone tidak menjadi masalah.  Namun jika kita menyandang kamera DSLR atau kamera besar, akan mendapat teguran dan larangan dari petugas setempat. Berdasarkan peraturan DAOP I PT KAI, mengambil foto secara profesional harus mendapatkan surat izin yang dibuktikan dengan menunjukkan lembaran surat tersebut kepada petugas. Hal ini berlaku untuk semua stasiun yang berada di bawah pengawasan DAOP I.

ruang kepala stasiun (dok.pribadi)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline