Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Nuzulul Quran dan Terang Bulan di Cilegon

Diperbarui: 23 Juni 2016   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

terang bulan di Cilegon (dok.pribadi)

Untuk pertama kalinya saya menghadiri peringatan Nuzulul Quran di kota Baja Cilegon bersama teman-teman kompasianer. Ya, malam ke-17 yang biasa diperingati umat muslim sebagai malam turunnya kitab suci Al-Quran. Masyarakat Banten, termasuk di Cilegon ini masih kental dalam menjalankan tradisi spiritualnya. Setiap masjid selalu padat oleh para jamaah. Biasanya para pejabat dan tokoh masyarakat hadir dalam perayaan tersebut.

halaman rumah walikota (dok.pribadi)

Buka puasa bersama dan peringatan Nuzulul Quran  di rumah dinas Walikota Cilegon, Tubagus Iman Ariyadi MSI,  dihadiri ribuan orang. Berbagai  masjlis taklim datang dan memenuhi pelataran rumah dinas yang sudah dinaungi oleh tenda-tenda raksasa. Jamaah perempuan atau ibu-ibu  rata-rata mengenakan gamis atau pakaian muslim berwarna putih. Sedangkan jamaah laki-laki bervariasi, mengisi teras rumah dinas yang cukup luas. Namun setelah berbuka puasa, jadual walikota justru memeringati Nuzulul Quran di tempat lain.

masjid Roudatul Jannah (dok.pribadi)

Saya berdua Arum mengikuti rombongan walikota ke Masjid Roudatul Jannah di Kelurahan Cilentrang. Jalan menuju ke sana agak berliku dan menyempit, maklum masuk perkampungan penduduk. Untungnya tidak ada kemacetan sehingga perjalanan menjadi lancar. Hanya mobil walikota dan pengawalan yang bisa parkir di depan masjid. Sedangkan rombongan saya harus turun di jalan raya. Kami jalan kaki sekitar 30 meter menuju lokasi masjid yang dimaksud.

Malam itu cukup cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Bulan pun malu-malu menyembulkan diri dari balik awan putih. Walau sudah melewati purnama, bulan masih memancarkan sinarnya yang cukup terang, ditemani oleh beberapa bintang. Pemandangan langit itu menambah khidmat malam peringatan Nuzulul Quran, seiring dengan zikir dan shalawat yang dilantunkan para jamaah masjid secara  bersama-sama. Tanpa banyak basa-basi, Walikota langsung bergabung dengan para jamaah masjid. Ada sekitar 700 orang jamaah yang datang, baik laki-laki maupun perempuan.

salah satu pintu masjid (dok.pribadi)

Masjid ini cukup besar dengan gaya arsitektur yang agak antik. Menurut Ustadz Aburahman, masjid ini dibangun pada tahun 1986 atas swadaya masyarakat. Satu 'kepala' menyumbang 3000 batu bata. Masjid ini merupakan satusatunya yang dibangun dengan susunan dobel batu bata sehingga sangat kokoh. sampai sekarang tidak tampak kerusakan pada dinding, tidak ada keretakan seperti pada tembok biasa. Masjid ini selalu dipenuhi jamaah yang taat beribadah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, masjid ini mulai kewalahan menampung jamaah, lalu direnovasi untuk memperbesar masjid.

Masjid diperbesar ke samping kanan, karena hanya itu kemungkinannya mengingat lahan sangat terbatas. Jamaah perempuan yang semula menempati bagian tertentu dalam masjid, kemudian menempati bagian samping kanan yang baru diperluas. Untuk beberapa tahun, masjid masih memadai untuk menampung jamaah. Sayangnya, sekali lagi pertumbuhan jumlah penduduk juga membuat daya tampung masjid kembali kurang memadai. Karena itu, masjid perlu diperbesar lagi. Hal itu membutuhkan perhatian dan bantuan pemerintah setempat.

Sebagai pejabat yang sensitif terhadap kebutuhan masyarakat, Walikota pun berjanji akan memberikan bantuan sebesar Rp 25 juta. Bahkan malam itu juga Walikota telah membawa uang sebanyak Rp 10 juta yang langsung diserahkan kepada pimpinan masjid dan pantia.

Walikota memberikan sambutan (dok,pribadi)

Dalam sambutannya, Walikota mengatakan bahwa masyarakat Cilentrang adalah masyarakat yang religius dimana telah menjalankan perintah Allah sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 183. Pada intinya, bukan hanya melaksanakan ibadah puasa tapi juga Hablum Minallah dan hablum Minannas. Walikota yakin bahwa masyarakat Cilentrang adalah orang-orang yang bertakawa kepada Allah SWT. 

"Insya Allah masyarakat di sini mendapatkan Lailatul Qadar," doa Walikota, yang disambut 'AAmiin' oleh para jamaah.

Lebih lanjut Walikota menguraikan ajaran dari para ahli tafsir.  Sebagaimana kita ketahui Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dan bulan ini terbagi atas tiga macam keberkahan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa dan ibadah lain sebaik-baiknya.   Antara lain, 10 hari pertama Ramadan penuh dengan rahmat Allah, 10 hari berikutnya adalah penuh dengan ampunan Allah dan 10 hari terakhir, umat muslim dibebaskan dari api neraka.  Inilah yang harus dimanfaatkan seluruh masyarakat yang beragama Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline