[caption caption="mushola di stasiun Kota (dok.pribadi)"][/caption]
Tempat beribadah bagi kaum muslim wajib dan harus ada dalam setiap ruang publik ataupun bangunan. Sebagian besar penduduk Indonesia bergama Islam, karena itu mushola menjadi fasilitas yang mutlak diperlukan. Satu kenyataan bahwa bekerja dan beraktivitas di Jakarta tak memungkinkan untuk beribadah di rumah. Dalam perjalanan, kita pasti mampir ke mushola untuk menunaikan ibadah sholat.
Stasiun Jakarta-Kota adalah salah satu stasiun paling sibuk di Jakarta. Stasiun ini adalah stasiun paling akhir atau penghujung dari jalur utama Bogor-Kota. Terlepas dari sejarahnya sejak zaman Belanda, stasiun ini memiliki jalur rel paling banyak, yaitu 12 lintasan. Walau kereta datang dan pergi dnegan cepat, penumpang tetap mengalir dengan deras. Maklum di sekitar stasiun tersebut terdapat banyak gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan.
Dengan banyaknya penumpang, maka idealnya fasilitas beribadah atau mushola juga disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan. KIta pasti membayangkan bahwa mushola di stasiun Jakarta Kota akan mengikuti jumlah arus penumpang di sana. Sayangnya, mushola yang ada justru tidak sebanding dengan besar dan ramainya stasiun Kota. Mushola itu hanya seperti sebuah tempat yang 'nyempil' di sela-sela bangunan stasiun.
Mushola itu terlalu kecil, sebuah ruangan yang disekat, satu bagian untuk laki-laki dan satu bagian untuk perempuan. Seperti biasa, bagian untuk perempuan lebih sempit. Kalau dipaksakan maksimal hanya bisa digunakan delapan orang sholat rapat-rapat. Kesulitan terjadi ketika jam-jam sibuk orang pulang kantor dimana banyak penumpang harus sholat lebih dahulu. Kita harus berebut untuk mendapatkan tempat. Bahkan menggunakan mukena di ruang sekecil itu terasa sangat sulit.
Selain itu tempat berwudhu hanya tiga di dekat pintu masuk toilet. Tidak mungkin mengantri untuk berwudhu tanpa menutupi jalan masuk orang yang lalu lalang ke toilet. Setelah itu kita dihadapkan pada antrian sholat yang hanya di gang sempit antara toilet dengan mushola. Tentu saja itu jua hanya bisa berdiri beberapa orang, karena bisa berada di depan pintu masuk antara toilet dan mushola. Keadaan ini sering membuat seseorang jadi malas menunaikan ibadah sholat.
Karena sempitnya, ruangan itu juga menjadi tidak nyaman, tanpa pendingin atau kipas angin yang memadai, udara terasa sangat panas. Udara hanya mengalir dari jendela yang terbuka menghadap jalan raya Mangga Dua. Selebihnya keringat mengucur deras karena sempit dan padat. Kalau sedang penuh, kita kebingungan sendiri, mau menyelip dimana untuk bisa mendapat antrian sholat dengan cepat.
Kita berharap PT KAI atau PT KCJ memerhatikan masalah ini. Setahu saya baru ada dua stasiun yang memiliki mushola yang ideal, yaitu di stasiun Juanda dan stasiun Palmerah. Dua stasiun ini memang telah direnovasi sehingga terkesan lebih modern. Ruangan mushola perempuan tidak sama denga ruangan laki-laki, dipisahkan dengan baik. Stasiun-stasiun lain ada juga yang memiliki mushola yang cukup luas, walau masih kusam dan tidak menggunakan pendingin. Setidaknya, bisa menampung lebih banyak jamaah.
[caption caption="mushola di stasiun Palmerah (dok.pribadi)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H