Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Tamatkah Riwayat Agung Laksono CS?

Diperbarui: 22 Oktober 2015   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Putusan MA yang membuat Golkar versi Munas Bali bertepuk dada. Sebaliknya kubu Agung Laksono seolah mati kutu. Berarti tertutup langkah Agung dkk untuk menguasai Golkar dan menggoyang kekuatan KMP. Di sisi lain, Abu Rizal Bakrie tampak senyum sumringah ketika menghadiri ulang tahun Prabowo. Dengan kemenangan di MA, Ical berhasil menyelamatkan kredibilitasnya sebagai tokoh politik di Indonesia.

Agung Laksono CS belum menentukan sikap atas putusan MA. Mungkin mereka masih terkejut dengan hasil tersebut. Terlalu banyak yang harus dipikirkan bagaimana mengamankan perahu kecil yang baru saja terkena badai. Hari ini Ical menyatakan akan merangkul pihak Agung, tetapi masih sebatas di bibir. Semua orang tahu, pasti dia akan membuat banyak persyaratan untuk membungkam Agung dkk.

Apakah Agung Laksono akan diam saja, atau mandah dengan menerima nasib? Saya kira tidak. Sebagai seorang politikus, Agung menyadari bahwa dia harus mengambil beberapa tindakan strategis untuk tetap eksis di dunia politik. Tentu saja banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah satunya adalah prediksi gejolak politik dalam empat tahun sisa pmerintahan Jokowi-JK. Dimana Agung Laksono CS bisa menempatka diri, ini menjadi sebuah pertanyaan besar.

Beberapa kemungkinan yang bisa terjadi:

1. Bergabung dengan kubu Abu Rizal Bakrie. Walau ini harus dilakukan dengan keterpaksaan. Banyak yang harus dikorbankan oleh Agung Laksono, misalnya mempertaruhkan harga dirinya dengan 'mengemis' masuk pada Ical. Tetapi dia harus bersiap-siap terhadap negosiasi yang kurang menguntungkan bagi pihaknya. Mau tak mau, Ical pasti menekan agar dia tunduk kepada semua kebijakannya.

2. Agung Laksono bisa mendirikan partai baru. Mumpung masih ada empat tahun, ada waktu untuk menyiapkan pondasi partai baru (dengan orang-orang lama). Dengan berat hati, Agung Laksono harus meninggalkan markas Golkar yang selama ini didudukinya, dan menyerahkan kepada Ical. Sedangkan untuk mendirikan partai baru, Agung butuh modal besar. Kalau dia sudah memilikinya, maka tak akan ragu lagi membuat partai baru.

3. Tetap mendesak untuk diselenggarakannya Munaslub. Memang ini adalah jalan tengah yang cukup bijaksana, agar lebih fair. Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Biarkan para kader menentukan secara mandiri, tanpa teror atau paksaan apapun dari kedua belah pihak.

Sayangnya, Agung Laksono tidak mempunyai banyak waktu, mengingat Pilkada kurang dari dua bulan lagi. Agung Laksono harus segera konsolidasi dengan rekan-rekannya untuk menentukan jalan yang dianggap terbaik bagi masa depan mereka. Dalam dunia politik, apapun bisa terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline