Tersiar kabar baru-baru ini ada pengemudi gojek wanita yang dianiaya tukang ojek pangkalan di dekat kantor imigrasi, Buncit, Jakarta Selatan. Pengemudi gojek yang bernama Istiqomah itu mengantar langganan ke wilayah tersebut. kemudian ia juga mengambil penumpang yang memang mencegat di sekitar tempat itu. Tapi tiba-tiba Istiqomah dihadang seorang tukang ojekberinitial BB. Setelah adu mulut, tukang ojek itu memukul kepalanya.
Sebetulnya penganiayaan terhadap pengemudi gojek seperti ini sudah beberapa kali terjadi di tempat berbeda. Kasusnya mirip, tukang ojek pangkalan tidak suka wilayahnya dimasuki gojek. Padahal gojek masuk karena memang ada pesanan dari penumpang melalui aplikasi gojek. Mereka tidak mau tahu dan tidak mengerti, lalu menghajar pengemudi gojek. Karena itu kasus ini seharusnya menjadi perhatian kita.
Apa yang dialami pengemudi gojek wanita seperti yang dialami Istiqomah menunjukkan sudah tidak ada lagi rasa hormat dan segan dari laki-laki terhadap wanita. Tukang ojek pangkalan tak peduli apakah pengemudinya pria atau wanita, gojek dianggap sebagai musuh. Mereka enteng saja berbuat sewenang-wenang dengan menggunakan kekerasan agar gojek tidak masuk ke wilayahnya. Kalau melawan pasti babak belur.
Karena itu wanita harus berpikir berulangkali jika ingin menjadi pengemudi gojek. Profesi ini sangat rentan, kriminal bisa terjadi pada mereka. Hal pertama yang menjadi halangan adalah para tukang ojek pangkalan yang iri hati terhadap gojek. Sekarang ini seperti sudah ada kesepakatan para tukang ojek di seluruh Jakarta untuk melarang dan menghadang gojek. Jadi jika pengemudi gojek wanita memasuki wilayah yang banyak terdapat ojek pangkalan, kemungkinan besar ia terancam penganiayaan.
Dalam menghadapi tukang ojek, kita tidak bisa menggunakan alasan ilmiah. Bahasa yang mereka kenal cuma satu. Periuk nasi mereka terancam, maka mereka harus merebutnya kembali. Percuma saja pengemudi gojek seperti Istiqomah memberikan penjelasan, sebab mereka tidak akan mau mendengar. Oleh sebab itu, Istiqomah terpaksa mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan. Jangankan Istiqomah, yang seorang wanita, pengemudi gojek laki-laki juga belum tentu selamat dari ancaman penganiayaan. Sebagai wanita, dengan fisik yang lebih lemah dari laki-laki, maka kemungkinan terburuk bisa terjadi.
Bahaya lain yang juga mengancam adalah masih adanya begal yang berkeliaran di Jabodetabek. Bayangkan jika gojek yang pulang malam menjadi korban begal, nyawa bisa melayang. JIka pengemudi gojeknya adalah wanita, sedangkan ia memiliki keluarga, tentu akan sangat terkejut dan kehilangan. Sampai sekarang saya tidak yakin bahwa pengemudi gojek wanita mampu melindungi diri sendiri.
BUkan saya tidak mendukung emansipasi wanita, tetapi saya sangat berharap agar wanita tidak menjadi pengemudi gojek demi keselamatan mereka. Kalau masih bisa mencari pekerjaan lain, lakukanlah. Gojek hanyalah sebuah alternatif sepanjang belum mendapat pekerjaan yang tetap. Hukun yang berlaku di jalanan adalah hukum rimba, yang kuat menindas yang lemah. Maka berhati-hatilah dalam memilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H