Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Fenomena Peminta Sumbangan di Sepanjang Pantura

Diperbarui: 10 Juli 2015   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arus mudik di sepanjang jalur pantura biasanya padat oleh kendaraan yang antre melintas di jalan tersebut. Seringkali terjadi kemacetan yang parah hingga berjam-jam lamanya. Pada saat itulah keluar orang-orang yang mengedarkan kotak amal, meminta sumbangan kepada para pemudik. Mereka kelihatannya seperti orang alim dengan dandanan islami, mengenakan baju koko dan kopiah. Berhubung masih dalam suasana bulan Ramadan, para pemudik pun tak segan merogoh kocek untuk memberi mereka dengan anggapan untuk meraih pahala.

Para peminta sumbangan itu bisa mengatasnamakan berbagai yayasan sosial. Misalnya atas nama pembangunan masjid, rumah yatim piatu dan sebagainya. Untuk meyakinkan bahwa mereka memang utusan yayasan, ada yang mengenakan seragam tertentu atau membawa sertifikat yang berlogo yayasan. Namun apakah hal itu menjamin bahwa mereka benar-benar utusan yayasan sosial yang disebutkannya?

Ternyata, mereka bukanlah pekerja sosial dari yayasan. Orang-orang yang meminta sumbangan tersebut dikoordinir oleh sebuah organisasi sejenis mafia yang juga menggerakkan para pengemis di bulan puasa. Tujuan mereka adalah menangguk uang sebanyak-banyaknya dengan cara yang licik, atas nama amal kebajikan. Mereka memanfaatkan suasana bulan Ramadan dimana para pemudik senang bersedekah, di sepanjang jalur pantura.

Pakaian islami hanya kedok belaka, semua mudah dibeli di pasar. Demikian pula sertifikat-sertifikat yayasan, gampang dibuat di fasilitas fotokopi dan dipress (laminating). Kotak-kotak amal juga adalah buatan mereka sendiri, dipasangi gembok kecil agar meyakinkan pengguna pantura bahwa kotak itu berasal dari yayasan. Dengan cara bicara yang dibuat halus dan selalu mengucap salam, banyak orang terkecoh dan memberikan sumbangan uang ke kotak-kotak tersebut.

Manakala tiba waktunya setoran, mereka berkumpul di suatu tempat tersembunyi, menghitung perolehan 'amal' tersebut. Hasilnya nanti dibagi oleh Bos mereka. Tentu saja bagian terbesar adalah untuk Bos mafia, sedangkan pasukan amal mendapat bagian sekian persen saja. Uang yang didapat belum tentu digunakan untuk keluarga, karena sebagian di antaranya hanya untuk minum minuman keras dan mengunjungi lokalisasi.

Pasukan amal, beroperasi pada jam tertentu, terutama pada saat kemacetan terjadi. Tetapi bisa juga 24 jam dengan pembagian shift di antara mereka.  Ada beberapa kelompok mafia yang beroperasi di jalur pantura, semua dibagi dengan wilayah tertentu. Tidak ada yang boleh saling menyinggung wilayah masing-masing. Kesepakatan itu menjamin tidak adanya bentrok di antara kelompok mafia. Mereka mendapatkan jatahnya berdasarkan kesepakatan tersebut. Soal jumlah perolehan amal yang didapat, itu tergantung keberuntungan mereka.

Karena itu, kepada para pemudik pengguna pantura, tidak perlu memberikan sumbangan di sepanjang jalan. Ada cara-cara yang lebih baik dalam beramal, dan pastinya memang mendatangkan pahala. Misalnya dengan langsung menyumbang ke masjid yang terllihat sedang direnovasi atau dibangun. Begitu pula dengan rumah-rumah yatim piatu, ada kok yang benar-benar ada di jalur pantura. Silakan saja mampir ke sana memberikan sumbangan amal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline