Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Ketika Pedagang Kecil Lebih Cerdik Dari Pemerintah

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda memerhatikan bagaimana sikap pedagang-pedagang kecil terhadap kenaikan BBM? Beragam reaksi mereka, tetapi pada umumnya mereka selalu mengeluh atas semua jenis kenaikan harga. BBM bisa jadi kambing hitam atas kenaikan harga barang apapun, meski sebenarnya tidak begitu. Di antara para pedagang, banyak yang cukup cerdik menyiasati kenaikan harga, terutama pedagang makanan. Mereka tidak serta merta menaikkan harga agar tidak memberatkan pelanggan atau konsumen. Bagaimana caranya?

1. Mengurangi porsi makanan

Pedagang-pedagang makanan banyak yang tidak mau menaikkan harga makanannya. Karena apa?  Pertama, mereka kuatir jika menaikkan harga, maka makin sedikit pelanggan yang akan membeli karena berhemat. Kedua, mereka mereka kasihan kepada para pelanggan yang penghasilannya pas-pasan. Jalan alternatif yang ditempuh adalah mengurangi porsi makanan yang disajikan. Misalnya, tukang nasi goreng langganan saya, tidak mengubah harga, tetap Rp 10 000,- per piring. Tetapi kalau dahulu satu piring penuh munjung, sekarang rata. begitu pula pedagang gorengan, harga tetap Rp 2000/3 pcs, tetapi ukurannya mengecil.

2. Menaikkan harga hanya sedikit

Di kampus-kampus, selalu ada slogan 'harga mahasiswa'. Artinya, dalam menjual makanan tidak ada yang mahal karena kantong mahasiswa yang terbatas. Apalagi mahasiswa perantauan dari daerah lain, tentu hanya bisa mengandalkan kiriman orang tua. Menyadari hal tersebut, para pedagang makanan di sekitar kampus sering tidak tega untuk menaikkan harga. Bayar tunai saja sudah bagus, karena mereka bisa juga ngutang di warung. Maka jika terpaksa menaikkan harga, pedagang-pedagang ini hanya menaikkan sedikit, agar tidak terasa berat bagi mahasiswa. "Kalau saya, paling hanya berani  menaikkan 500 rupiah saja," kata seorang pedagang di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat.

3. Mengurangi bonus

Mungkin sebelum kenaikan harga, kita bisa mendapat 'bonus' berlimpah dari pedagang makanan. Misalnya, kalau beli gorengan, minta banyak cabe atau kalau beli nasi uduk, minta banyak kerupuk. Nah, kali ini pedagang akan betul-betul menghitung berapa cabe yang diberikan atau berapa keping kerupuk yang ditaburkan. Tak menjadi masalah sih, toh makanan utama tetap murah dan enak.

4. Mengganti pembungkus/kemasan

Salah satu jalan bagi pedagang untuk berhemat adalah mencari pembungkus yang lebih murah. Kalau bisa, beberapa jenis belanjaan cukup ditempatkan dalam satu kantong. Lagipula cara ini bisa mengurangi polusi sampah plastik dsb. Hal ini bisa diterima dengan baik oleh pedagang dan pelanggan.

Nah, begitulah beberapa kecerdikan pedagang makanan dalam menyiasati kenaikan harga BBM. Setidaknya, dalam hal ini tidak ada yang dirugikan. Baik pedagang maupun konsumen tetap untung. Hubungan simbiosis mutualisma tetap berjalan di antara keduanya. Mungkin pemerintah perlu mengikuti jejak para pedagang kecil ini dalam skala yang jauh lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline