Maraknya kasus begal yang seakan-akan susul menyusul membuat orang berpikir bahwa ada rencana terselubung di balik fenomena begal. Harus diakui, peristiwa begal tampak begitu terencana dan teroganisir. Namun kita belum tahu siapa yang menggerakkan para begal ini, mafia atau kelompok lain.
Pentolan dari Setara Institut, Hendardi mengungkapkan dugaannya bahwa fenomena begal adalah upaya terselubung untuk memulihkan citra polisi yang semakin terpuruk. Semenjak adanya kasus Budi Gunawan, citra polisi anjlok luar biasa di mata masyarakat. Kepolisian dianggap sebagai lembaga paling bobrok di tanah air, tempat para koruptor berkumpul dan berlindung.
Kecurigaan itu beralasan, karena kemunculan para begal ini bagaikan badai yang tiba-tiba menerpa wilayah Jabodetabek. Walau begal memang sudah ada sejak dahulu, tetapi baru kali ini aksi mereka sangat menghebohkan dan dilakukan serentak. Anehnya, kemunculan mereka di tengah menguatnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kepolisian.
Kepolisian mendapatkan dua keuntungan dari fenomena begal ini. Pertama, adalah pengalihan isu. Masyarakat sangat memperhatikan perkembangan kasus Budi Gunawan yang melibatkan KPK dan Polri. Kasus ini telah membangkitkan people power yang dapat mengancam eksistensi sebuah lembaga, karena dapat memaksa penguasa untuk intervensi. Hal ini tentu sangat tak disukai dan tak dikehendaki oknum-oknum yang bermain dalam kisruh KPK-Polri. Mereka harus berusaha mengalihkan perhatian masyarakat terhadap hal lain yang langsung menyentuh kehidupan sehari-hari.
Keuntungan kedua, fenomena begal dapat digunakan untuk memulihkan citra kepolisian. Selama ini citra institusi ini sudah sangat buruk, ditambah dengan kasus Budi Gunawan. Kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian ada pada titik terendah. Karena itu reputasi institusi ini harus didongkrak agar kembali mendapatkan kewibawaannya. Salah satunya adalah dengan menunjukkan bahwa Polri adalah satu-satunya instutusi yang bisa menangani masalah kriminal di dalam negeri. Mau tak mau masyarakat akan kembali mengandalkan kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketentraman.
Kita tidak bisa memastikan dugaan ini karena sulit untuk mengetahui apa yang ada di elite Polri. Namun yang jelas, masyarakat selalu berada di pihak yang dirugikan. Banyak orang kehilangan harta benda dan nyawa. Lebih penting lagi, kehilangan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari. Jika keadaan ini masih terus berlangsung, maka hukum rimba akan muncul. Masyarakat akan menjalankan hukumnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H