Lihat ke Halaman Asli

Jangan Berorganisasi Jadilah Mahasiswa BK - Kuliah Bebas 2

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini aku berharap bertemu seseorang yang sangat sepesial, seseorang yang kemarin berhasil membuatku kagum. Aku kagum bukan karena nasehat-nasehat yang dia berikan, tapi… entahlah apa yang jelas aku very-very like dekat dengannya.

“Hai, Mila mau kemana?” terdengar suara cukup dekat yang sedikit mengejutkanku. Oh, ternyata sapaan itu berasal dari kak Muhtar, yang tidak aku perhatikan, ternyata dia berjalan dekat denganku. “Ada deh kak” jawabku, “bagaimana kuliahnya?” tanya kak Muhtar lagi, seolah ingin tahu bagaimana kesan diawal perkuliahanku, “ya, biasa aja kak” sahutku sekenanya, maklum aku sedang tidak mau bicara panjang lebar, sebab hari ini semangatku hanyalah ingin bertemu dan ngobrol sama seseorang yang aku kagumi.

Aku pun terus berjalan pergi meninggalkan kak Muhtar, menuju tempat-tempat yang biasa dijadikan tongkrongan mahasiswa-mahasiswa yang aktif berorganisasi. Sambil berjalan aku ingat kembali siasat yang semalam aku buat agar misiku tidak diketahui oleh orang lain, termasuk dia yang aku kagumi.

Oh…ternyata, apa yang menjadi inginku hari ini tidak dapat terpenuhi, sudah aku cari di tempat-tempat yang mungkin dia berada, namun ternyata ianya tidak ada. Huh…sudah aku kerahkan semua muslihatku, ternyata target tidak ditemukan, jadi sia-sia dech, aku pun mengerutu. Ah tidak apalah hari ini aku tidak menemukannya tapikan masih ada hari esok untuk menaklukkannya, harapku tetap semangat.

Setelah aku pastikan bahwa yang aku cari memang tidak ada, aku pun memutuskan untuk pulang, karena memang agendaku ke kampus hanya untuk bertemu dan ngobrol yang manfaat untuk masa depan, dari pada gak ada kerjaan di rumah, begitu niatku tadi.

Dalam perjalananku ketempat aku parkir motor, tepatnya ketika aku berada di depan perpus aku bertemu dengan Sri dan Nadia yang baru saja selesai pinjam buku, aku perhatikan buku-buku yang dibawanya tentang bahasa arab, hehe… pasti ini untuk tugas makalah bahasa arab kemarin, pikirku. Kebetulan Sri juga mahasiswa baru dan ambil jurusan yang sama seperti aku. Kemudian aku, Sri, dan Nadia bersama-sama menuju tempat parkir motor, dia pun sudah gak ada urusan lain di kampus, jadi mau langsung pulang katanya.

Dari kejauhan aku melihat sosok yang tidak asing lagi bagiku, sosok dengan gaya rambut berdiri lurus dan badan gemuk berisi, pasti kak Ali tuh, rasaku dengan penuh keyakinan. Eh, ternyata kak Ali gak sendirian, ada kak Muhtar yang tadi tidak terlihat olehku karena terhalang besarnya badan kak Ali.

“Gimana sudah ketemu yang dicari?” tanya kak Muhtar. “Engak ketemu kak?” jawabku. “Kamu cari bukukah, buku apa?” kak Muhtar mencoba cari tahu, sepertinya dia ingin sekali memberikan pertolongan padaku. “Bukan kak, aku lagi pengen ketemu sama seseorang aja, ada yang mau aku tanyakan” jawabku. “Apa sih yang mau ditanyakan, siapa tahu kita bisa jawab,” kak Ali memancingku. Emang sih aku yakin kalau kak Ali sama kak Muhtar pasti punya jawaban untuk pertanyaanku. Tapi kalau aku sampaikan sekarang sama mereka, aku bakal cari lagi dong alasan untuk si dia.

“Gak penting kok kak, gak usah aja dibahas,” kataku mengelak. “Ya sudah kalau gitu, siplah” ujar kak Muhtar.

“Li, anak-anak baru ini diajak ke sekretariat biar tahu organisasi,” printah kak Muhtar. “Jelaslah, kemarin Mila juga sudah ke sekret, Sri sama Nahdia juga sering kesana. Kemarin kita lama di sana ngobrol panjang lebar tentang Tri Dharma Perguruan Tinggi, ya kan Mil?” tanya kak Ali padaku. Belum sempat aku menjawab pertanyaan kak Ali, kak Muhtar langsung berucap, “oh iyakah, ya gitu, kalau kesana ajak-ajak teman yang lain juga ya. Biar kita sama-sama belajar, sharing pengetahuan, dan banyak hal lainnya, jadi jangan hannya kumpul-kumpul pacaran aja yang dibesar-besarkan tetapi juga pencerdasan, gitu,” kata kak Muhtar, sepertinya dia tahu apa yang ada di hatiku, dan mencoba mengingatkanku agar tidak terlarut di dalamnya. “Ia kak,” jawabku sambil aku angkat bibir manisku dan melamparkan senyum sipuku.

“Kemarin itu kak, kata kak Nashir kalau mau jadi mahasiswa sukses itu harus mengetahui performa style kemahasiswaan kita? Sedangkan untuk mengetahui performa itu perangkat atau alat yang tepat adalah organisasi, katanya?” tanyaku pada kak Muhtar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline