Lihat ke Halaman Asli

Empi Muslion

pengembara berhenti dimana tiba

Bernapas dalam Gempa

Diperbarui: 17 November 2019   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serial cerita, Sebungkus Indomie Tak Sanggup Kubawa Pulang (Part 2).

Kembali ke cerita utama tentang gempa. Saat gempa terjadi, aku berada di rumah kontrakanku di Batusangkar, sekitar lebih kurang tujuh belas kilometer dari Simabur Ibukota Kecamatan Pariangan.

Goncangannya keras sekali, keadaan panik, anak-anakku kebingungan, istri ketakutan. Ditengah suasana itu, aku juga langsung ingat masyarakat tempat aku bertugas, sebagai abdi masyarakat, nuraniku memanggil, aku harus bersama mereka malam ini juga, aku wajib ada bersama mereka.

Disatu sisi istriku yang lagi hamil besar juga cemas dengan kondisi gempa. Namun situasi tidak bisa ditawar dan dihindari, aku harus pergi ke kecamatan malam ini juga.

Dengan berat hati, aku minta izin dan pamit kepada orang tua dan istriku, kucium kedua orangtuaku, kucium dan kuusap perut istriku yang sudah hamil tua, aku gendong kedua anakku dan kuberi dia sugesti kekuatan dan keberanian, aku cium mereka lama lama.

Aku kuatkan jiwa, aku ambil sepeda motor tua Suzuki TRS di garasi, aku tancap gas meluncur menuju Kantor Kecamatan di Simabur.

Malam itu istri dan anakku tidur diluar rumah di beranda, syukurnya waktu itu ada orang tuaku, ada sedikit kelegaan untuk meninggalkan mereka, walau kedua orang tuaku juga dalam keadaan sakit.

Dalam perjalanan dimalam hari, ditambah jalan yang tidak ada penerangan, lampu semua mati, suasana mencekam. Aku diselimuti rasa was-was.

Muncul beragam halusinasi kekhawatiran dikepalaku, bagaimana kalau ketuban istriku pecah ? siapa yang harus membawanya ke klinik bersalin ? semua orang dalam keadaan panik, bagaimana kalau gempa datang lagi ? bagaimana kalau rumah kontrakanku roboh ? bagaimana orang tuaku yang sakit sakitan dan anak-anaku yang masih kecil ? bagaimana jika aku tidak fokus membawa sepeda motor dan menabrak atau ditabrak ? bermacam macam pikiran melayang dikepalaku, namun aku tetap mencoba konsentrasi membawa motor, warga masyarakatku harus kujumpai malam ini.

Sampailah aku di kantor dengan selamat, kami langsung rapat koordinasi yang dipimpin oleh Pak Camat Faisal A, dihadiri oleh Kapolsek Pak Efrizal, Danramil Pak Ali Basyar, Wali Nagari dan jajaran lainnya.

Malam itu kantor camat kami buka 24 jam untuk menjadi pusat posko gempa. Setelah rapat selesai, kami berbagi tugas untuk turun kelapangan, melihat dan meninjau kondisi masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline