WANGSIT PANGERAN
DARI PETILASAN
Petak pasuruan menjadi tanah
amber di kidul bagaikan lethek
kala langgar bagaikan pemukiman
si anak tanah diperut pijakan
Awan bertindih-tindih di angkasa
mengalir dari celah sumber kehidupan
kala wong edan berebut singgasana
malapetaka tanda jawabannya
Si kenya kelam kian menggila
sibuk mempertontonkan perhiasannya
lekukan kain pembatas kaki
terkatung-katung membuka jendela
Aduh Celaka para ksatria
berburu tahta...
enggan mengurus si anak domba
rupanya geram rakus serakah
Di pojokan gubuk tak dikenali
si lare angon mencoba memperingati
bukan mengangon si susu perah
atau si badan bingkisan beduk
tengok sekarang kilasan wayang
para cendekia tertelan peradaban
ribuan kepala tak ada pegangan
penyimpan ilmu hilang satu-satu
pindah pandangan di pelupuk mata
pohon kurma mulai gelisah
jauh disebrang belahan suku berjubahhilang akar tak jua berbuah
lidah api tepat di lingkaran
samping singgasana panas perapian
terendam hingga menyentuh piringan
bersiap-siap cari akar menjulang
lewat masa tujuh padi mengering
diatas permukaan tampah menguning
kini tersisa masa bagai lautan
jeritan sudah tiada dihiraukan