Lihat ke Halaman Asli

Our Day Without Water

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Coba bayangkan hari-hari kita tanpa air.  Mandi dengan pasir, mencuci pakaian dengan batu gilas.  Menyiram tanaman dengan abu vulkanik, minum sayuran.  Betapa hampa dan gersangnya hidup kita tanpa air.  Yup, air adalah salah satu komponen fisik yang diperlukan oleh makhluk hidup seperti kita, para manusia.  Juga tumbuhan dan hewan.  Komponen vital ini sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup banyak orang di bumi ini.  Namun, mengapa sampai saat ini masih banyak orang yang meyia-nyiakan air? Coba kita telaah sejenak.

Orang-orang yang berlangganan air PAM merasa persediaan air mereka sangatlah banyak.  Banyak, banyak sekali sampai mereka (terkadang) dengan senang dan ikhlas hati menghambur-hamburkannya.  Lupa menutup keran air setelah digunakan, misalnya.  Sedikit boros menggunakan air untuk membilas deterjen pada pakaian.  Sedikit berboros ria menggunakan air untuk membilas rambut, mandi, bahkan bercanda tawa bersama teman (atau kekasih) sambil menyemprot-nyemprotkan air dengan mengggunakan selang. Yah, hanya SEDIKIT membuang air, di mana kata SEDIKIT itu kalau dikumpulkan terus-menerus lama-lama menjadi BANYAK.

Lalu, bagaimanakah dengan persediaan air di masa mendatang?  Bagaimana nasib anak-cucu kita, para penerus bangsa, bila persediaaan air terus menipis akibat sering dihambur-hamburkan oleh kita?  Tidak adakah cara bagi kita untuk menanggulanginya?

Tentu ada beragam cara yang bisa kita gunakan untuk mengatasi hal itu. Mulai dari penghijauan, reboisasi, membangun waduk atau dam, hingga cara yang kini sudah dikenal khalayak luas, membuat lubang biopori.  Manfaat cara-cara tersebut pun beragam, dan biasanya multiple advantages. Penghijauan, misalnya, dengan menanam satu pohon selain menambah persediaan air tanah, juga dapat menyerap satu ton karbon dioksida sepanjang usia si pohon.  Selain itu, memberi nafas kehidupan bagi tiga orang. Nah, cukup banyak manfaatnya bukan?

Oleh karena itu, tunggu apa lagi?  Galakkan segera penghematan air, mulai dari diri kita sendiri dan keluarga terdekat.  Jangan sampai menunggu persediaan air kita telah habis, baru menangis dan menyesal akan perilaku tidak bijaksana yang kita lakukan tempo dulu.

Salam kompasianer,

Monica




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline