Lihat ke Halaman Asli

Nurdin Taher

TERVERIFIKASI

Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Kupang, Kota Tanpa Pengemis

Diperbarui: 28 April 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah Satu Monumen di Kota Kupang (dokpri)

Oleh : eN-Te

Pengantar

Tulisan ini ingin mendeskripsikan kesan yang diperoleh salah seorang guru saya ketika pertama kali tiba dan sempat beberapa saat tinggal di Kupang. Ketika ia menceritakan kesannya tersebut, ia sampaikan dengan rasa takjub.

Fenomena yang ia lihat, menurutnya merupakan sebuah fenomena langkah.  Bagi guru saya tersebut, Kupang sebagai salah satu ibukota provinsi sangat berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Dalam pandangan guru saya tersebut, kondisi ini merupakan sesuatu yang langkah, di mana ternyata ada kota provinsi yang bebas dari penyakit masyarakat, seperti ‘gepeng’ (gelandangan dan pengemis).

Sekilas Tentang Kota Kupang

Kupang adalah ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kota Kupang terletak di ujung Pulau Timor dan berbatasan langsung dengan negara tetangga, Timor Leste. Kota Kupang terletak pada 10°36’14”-10°39’58” LS dan 123°32’23”–123°37’01” BT, dengan luas wilayah 180,27 Km2.

Penduduk Kota Kupang berasal dari beragam etnis dan suku. Sekurang-kurangnya ada enam (6) suku dan atau etnis yang mendiami Kota Kupang. Keenam suku dan atau etnis itu, sebagai berikut, Suku Timor (dari Pulau Timor), Suku Rote (ari Pulau Rote), Suku Sabu (dari Pulau Sabu), Suku Flores (Pulau Flores dan sekitarnya), Suku Jawa, dan Etnis Tionghoa (China).

Beberapa Sudut Kota Kupang (dokpri)

Nama Kupang sebenarnya berasal dari nama seorang raja, Nai Kopan atau Lai Kopan yang memerintah Kota Kupang sebelum kehadiran Portugis di Pulau Timor. Setelah Portugis hengkang, kemudian datang pula Belanda dengan VOC-nya ke Pulau Timor.

Kehadiran VOC membawa perubahan pula pada lafal nama Raja Lai Kopan. Karena pengaruh bahasa Belanda, nama Lai Kopan diucapkan menjadi Koepan. Sehingga dalam perkembangannya, lafal Lai Kopan kemudian lebih familiar diucapkan dalam bahasa sehari-hari oleh warga menjadi Kupang (sumber).

Istilah Pengemis

Saya sempat bingung ketika mencoba menerka-nerka kata dasar dari kata ‘pengemis’ ini. Soalnya dalam komunikasi sehari-hari kita hanya mendengar kata ‘pengemis’ dan ‘mengemis’. Kedua kata tersebut merupakan bentuk jadian dengan imbuhan ‘pe’ dan ‘me’. Jarang kita mendengar kata dasar dari kedua kata itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline