Lihat ke Halaman Asli

Nurdin Taher

TERVERIFIKASI

Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Fenomena Ahok dan Krisis Dakwah Mengajak

Diperbarui: 18 April 2016   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber : www.muslimedianews.com dan www.kompasiana.com"][/caption]Oleh : eN-Te

Judul atau topik tulisan ini saya copas dari pernyataan K. H. Mustafa Bisri (biasa disapa Gus Mus) ketika hadir sebagai Narasumber pada acara Mata Najwa di Metro TV, Rabu (13/4/2016) malam, pukul 20.00. Ada dua terminologi baru yang disampaikan ketika itu. Satu seperti judul tulisan di atas, dan yang kedua adalah terminologi orang pintar baru (OPB).

Terminologi krisis dakwah mengajak (KDM) dan OPB sebenarnya lahir karena keduanya saling mendukung. Artinya keduanya dapat menjadi sebab dan akibat terjadi salah satu di antaranya.

Cap atau stigma kafir pada akhir-akhir ini selalu dilekatkan kepada seorang calon pemimpin yang bukan  beragama Islam (Muslim). Karena itu menjelang sebuah event demokrasi tertentu seperti Pilpres atau Pilkada, pemimpin kafir sering dijadikan sebagai bahan dakwah untuk "menghasut" umat. Bagi mereka pemimpin yang ditunjuk atau dipilih bukan Muslim, "kafir", berarti hukumnya haram. Siapapun umat Islam yang mengaku Muslim tapi memilih pemimpin nonmuslim, maka baginya berkaku hukum haram, karena itu mendapat dosa. 

Harus diakui bahwa kehadiran Ahok telah membangkitkan kembali "luka lama", tentang pemimpin Muslim. Sejak Indonesia merdeka, pada daerah-daerah yang mayoritasnya berpenduduk Muslim, sangat jarang ditemukan Kepala Daerah-nya nonmuslim. Karena itu, menjelang Pilkada DKI 2017, kemunculan Ahok merupakan sebuah antitesa dari "pakem" keberlakuan pemimpin yang berasal dari mayoritas. Maka hari-hari ini, atmosfir politik Indonesia kembali dihangatkan isu-isu "menghasut dan provokasi" yang tidak hanya dikembangkan melalui media massa, tapi juga melalui media dakwah. Sehingga umat seakan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dakwah yang mencerahkan, dakwah yang mengajak.

Klaim Kebenaran

Fenomena klaim kebenaran bukan merupakan barang baru. Sejatinya gejala klaim kebenaran itu mulai ada sejak dahulu kala. Dan berlaku pada hampir semua agama dan kepercayaan, aliran, mazhab, dan lain-lain.

Masing-masing sangat pasti dan yakin bahwa kepercayaan, mazhab, aliran yang dianutnya memiliki kebenaran mutlak, di luar itu (pasti) salah. Paling kurang, tidak sejalan, tidak diajarkan atau tidak dicontohkan sebelumnya oleh pembawa risalah, yakni para Nabi dan Rasul Allah SWT.

Keresahan Gus Mus

Saat ini muncul demam atau ephoria sehingga  “menjamur” fenomena orang dengan sangat mudah menyalahkan pihak atau kelompok lain atas landasan nilai dan standar sendiri. Muncul kelompok yang sangat mudah membid’ahkan dan mengkafirkan orang atau kelompok lain yang tidak sepaham, sealiran, semazhab, dan sekeyakinan.

Fenomena inilah yang meresahkan seorang Gus Mus. Budaya atau kebiasaan yang dengan mudah mencap orang atau kelompok lain sebagai bid’ah dan atau kafir menjadi trade mark akhir-akhir ini. Muncul semangat bid’ah membid’ahkan, kafir mengkafirkan. Muncul pula gejala phobia dan demam kalau melihat ada orang atau kelompok lain yang berbeda paham, mempraktekkan ritual keagamaan yang berbeda dengan apa yang dia yakini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline