Lihat ke Halaman Asli

Nurdin Taher

TERVERIFIKASI

Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Pemimpin Patron Idola

Diperbarui: 10 Maret 2016   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Inikah yang disebut Pemimpin?"][/caption]

Oleh : eN-Te

 

TVRI Sulawesi Selatan Senin malam, (7/3/2016) pukul 19.00 menyiarkan program dialog  “Paraikatte”. Tema yang dibahas dalam dialog “Paraikatte” itu adalah “Negarawan dan Bangsawan”. Dialog tersebut menghadirkan Narasumber: Azwar Hasan, Pahir Halim, dan Mardin Marhaban, serta dipandu oleh (kalau tidak salah ingat) Muh. Rasul. 

 

Patron Idola

Saya tidak mengikuti seluruh dialog itu sampai tuntas. Namun pada sebuah sesi, setelah mendeskripsikan tentang sejarah dan nilai negarawan dan bangsawan sampai pada kondisi “kepemimpinan” hari  ini, seorang Narasumber, Azwar Hasan, dosen Universitas Hasanuddin mengungkapkan sebuah istilah (baru) dan membuatku sangat berkesan. Menurut Azwar Hasan, bahwa Indoensia (kita) saat ini kehilangan “patron idola”.

Apakah patron idola itu? Secara bebas dapat ditafsirkan apa yang dimaksud Azwar Hasan, bahwa patron idola adalah orang-orang yang mempunyai “pengaruh” sehingga dapat menjadi idola bagi orang lain, dalam hal kepemimpinan dan keteladanan.  Mereka yang mampu memberikan contoh, yang dengan contoh dan teladan, dapat menggerakkan dan menginspirasi orang lain melakukan sesuatu. Tapi harus dicatat bahwa meski demikian, bukan berarti kondisi itu kemudian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesenangan personal yang bersifat subyektif.

Istilah patron berasal dari bahasa Spanyol, yang berarti seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang, dan pengaruh. Sedangkan idola menurut KBBI (2008:567) berarti gambar, patung, atau orang yang dijadikan pujaan. Seseorang yang memiliki “pengaruh”, yang dengan itu melahirkan sugesti sehingga pengikutnya merasa tertarik, sampai pada batas “memujanya” dan menjadikannya sebagai panutan yang harus diikuti dan diteladani. Mestinya dengan semua sumber daya yang ia miliki memungkinkan seorang patron harus mampu menjadi pusat pengaruh (magnitude centre), yang dengan begitu akan melahirkan sugesti. Sugesti tersebut menciptakan sebuah kondisi yang memungkinkan orang tertarik dan mengikutinya.

 

Hilangnya Kepemimpinan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline