Pendahuluan
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mendorong umatnya untuk berpikir kritis serta mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam perspektif Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), berpikir kritis dan semangat mencintai ilmu bukan hanya diperbolehkan, tetapi dianjurkan untuk mengarahkan umat menuju kebaikan dan kebenaran. Pemahaman ini didasarkan pada ajaran Al-Qur'an dan Hadis serta diterapkan melalui penekanan pada akal sehat dan pengetahuan yang bermanfaat.
Berpikir Kritis dalam Islam
Berpikir kritis dalam Islam berarti menggunakan akal yang dianugerahkan Allah untuk memahami tanda-tanda-Nya di alam semesta dan untuk menilai suatu hal berdasarkan kebenaran, keadilan, serta etika. Berpikir kritis tidak hanya berlaku dalam konteks ilmiah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan ibadah, muamalah, dan akhlak.
Dalil Al-Qur'an tentang Berpikir Kritis
Allah Swt. berulang kali mendorong manusia untuk berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran dari ciptaan-Nya. Misalnya, dalam Surah Ali-Imran ayat 190-191:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS. Ali-Imran [3]: 190-191).
Ayat ini menekankan pentingnya tafakkur atau berpikir mendalam tentang alam semesta dan segala ciptaan Allah. Pemikiran kritis ini membawa manusia kepada kesadaran akan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah.
Hadis tentang Pentingnya Berpikir
Rasulullah Saw. bersabda: