Gelap, keruh dan misterius,
Air dikuasai oleh malapetaka.
Si ikan gabus, tangguh dan tegar,
Terdampar dalam kesedihan yang menghancurkan.
Namun, dia tidak merundukan bahu,
Tidak menyerah pada kegelapan yang membebaskannya.
Ia mencari jalan keluar,
Mencari cara untuk bertahan hidup.
Dan akhirnya, ia menemukannya,
Dalam salah satu resep paling terkenal di pelosok negeri,
Bumbu pucung, eksotis, memikat dan lezat.
Ikan gabus dan bumbu pucung,
Menjadi perpaduan yang tak terbayangkan,
Merangkul satu sama lain berpegangan dalam keindahan,
Menghasilkan kelezatan yang luar biasa.
Namun skandal terjadi,
Ketika rasa bahagia itu menjadi viral.
Dikecam oleh orang yang tidak tahu apa-apa,
Yang tidak pernah merasakan keindahan rasa itu sendiri.
Tapi kita tetap bertahan,
Berdiri teguh untuk gabus dan bumbu pucung,
Karena keindahan itu layak dipertahankan,
Dan cinta selalu lebih kuat dari kebencian.
Jakarta, 30 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H