Lihat ke Halaman Asli

[Resensi] Memaknai Novel "Membungkam Malam Menanti Fajar"

Diperbarui: 25 Februari 2021   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Emma Malika


Saat malam datang, gelap yang terasa dengan hembusan dingin meresap ke dalam tubuh. Begitupun ketika munculnya pagi hari, dimana kesejukannya masih terasa karena malam yang belum hendak pergi. Namun tulisan kali ini saya mengajak kamu mengulas sejenak tentang malam yang dibungkam demi menanti datangnya fajar baru yang terbit di ufuk timur. Sebab menjejakkan rasa agar senantiasa kita dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari. Istilahnya mungkin seperti pepatah, Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,

Novel Membungkam Malam Menanti Fajar yang terbit pada tahun 2016 lalu itu, menghadirkan tokoh utama Fajar Nur Zaman yang lalai akan ibadahnya karena disibukkan dengan musik MP3 yang selalu menemaninya. Ragam pesan moral yang disisipkan oleh penulisnya, Fenni Wardhiati, salah satunya adalah mencatat utang puasa Ramadhan yang kemudian siap di qadha puasa (membayar puasa) di hari lainnya, sehingga membuat saya teringat akan datangnya bulan Ramadhan sesaat lagi.

"Apa pun halangan yang dihadapi umat muslim saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, wajib mengganti sampai lunas. Halaman 27.

Masih ada waktu 50 hari lagi menuju datangnya bulan kesembilan Tahun Hijriah, bulan Ramadhan, untuk kita menyelesaikan utang puasa pada Ramadhan tahun lalu. Dengan begitu memudahkan langkah untuk menyambut bulan penuh berkah yang selalu dirindukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline