Lihat ke Halaman Asli

Taubat dan Takwa, Mitigasi Utama

Diperbarui: 4 Oktober 2018   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada setiap kejadian ada hikmah, ada pelajaran. Manusia tidak mau jatuh dua kali pada lobang yang sama. Semisal, siswa yang dapat nilai jelek harus belajar tekun agar nilainya bagus. Karyawan yang ditegur atasannya harus memperbaiki kinerjanya agar diapresiasi.

Bencana yang menimpa Palu dan Donggala sangat luar biasa. Gempa. Tsunami. Likuifaksi. Penjarahan. Fitnah. Kurang apa coba derita masyarakat di sana. Sudah jatuh tertimpa tangga.

Bagi yang beriman bencana adalah ujian. Tapi bagi pelaku maksiat, bencana adalah azab.

Sungguh telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (Surah Ar Ruum : 41).

Berkaca pada kisah umat terhadulu, umat Nabi Nuh ditenggelamkan karena tidak mempercayai kenabian Nabi Nuh. Kaum Ad diazab karena mengingkari Allah dan kerasulan Nabi Hud. Kaum Madyan diserang hawa panas dan disambar petir ketika meremehkan dan menolak kerasulan Nabi Syuaib. Kaum Tsamud dihadiahi suara guntur dari langit yang memekakkan telinga karena mendustakan kenabian Nabi Shalih. Kaum Sodom dihujani batu dari langit karena prilaku seks menyimpang/LGBT.

Mari kita lihat situasi di sekitar saat ini. Perilaku maksiat merajalela. Perusakan moral, prilaku seks menyimpang/ LGBT, peredaran minuman keras, prostitusi, seks bebas, syirik atas nama pelestarian adat dan budaya, fitnah dan banyak penyakit sosial lainnya.

Di tingkat yang lebih tinggi, hukum Allah diinjak-injak. Keluar statement hukum konstitusi di atas hukum agama adalah bukti nyata.

Cukuplah azab yang ditimpakan pada umat terdahulu menjadi pelajaran bagi kita.

Allah berfirman: Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku! (Surah Al Mulk 16-18)

Tulisan ini tidak sedang menghakimi korban bencana. Kita berempati pada mereka. Tetapi mendiamkan kemaksiatan yang ada di lokasi bencana sebelum dan setelahnya adalah pengingkaran terhadap logika dan ayat-ayat Allah.

Dalam situasi apapun nahyi mungkar tetap harus disampaikan. Karena azab Allah tidak ditimpakan hanya pada pelaku maksiat tetapi juga pada orang-orang bertakwa tetapi berdiam diri terhadap kemaksiatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline