Lihat ke Halaman Asli

PDI-P dan Jokowi-Ahok Harus Terbuka Soal Kebakaran

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: jpnn

[caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="Sumber foto: jpnn.com"][/caption] Cara tidak terhormat, memutarbalikkan fakta melalui media massa PDI-P dan Jokowi Ahok harus terbuka soal keterlibatan kader dan pendukungnya yang menyebarkan isu soal kebakaran yang menyudutkan incumbent Fauzi Bowo. PDI-P dan Jokowi-Ahok harus memecat kader mereka Dewi Aryani yang dengan sengaja telah menyebarluaskan pesan melalui SMS dan BBM bahwa kebakaran di sejumlah tempat di Jakarta adalah kesengajaan untuk mengintimidasi pendukung Jokowi-Ahok. PDI-P dan Jokowi-Ahok harus fair, harus menjelaskan dan minta maaf ke masyarakat dan mengakui bahwa apa yang dilakukan Aryani itu telah meresahkan warga Jakarta dan sangat merugikan Fauzi Bowo yang akan bersaing dengan Jokowi-Ahok dalam putaran ke dua Pilkada nanti. Tidak cukup dengan hanya memanggil Dewi ke Dewan Kehormatan Partai. PDI-P dan Jokowi-Ahok tidak bisa berkilah dan harus punya tanggung jawab moral. Bagaimanapun, pesan yang tidak benar dan sangat mendeskriditkan itu sudah tersebar sangat luas, melalui kader-kader PDI-P dan pendukung Jokowi-Ahok yang lain. Seperti diberitakan sejumlah media masa, Dewi Aryani telah mengakui bahwa dialah menyebar isu kebakaran via SMS dan BlackBerry Messenger. Namun Dewi membantah bahwa pesan yang disebarkannya itu dimaksudkan untuk memojokkan Gubernur Fauzi Bowo. Namun siapapun yang membaca pesan Dewi pasti tidak akan bisa percaya dengan bantahan Dewi tersebut. Sebab, dalam pesannya Dewi menyebutkan bahwa kebakaran selalu terjadi pada lokasi di mana pasangan Jokowi-Ahok unggul dari Fauzi Bowo. Kalau mau objektif, harusnya Dewi tidak mengkaitkan lokasi kebakaran dengan hasil Pilkada DKI Jakarta kemarin. Sebab, dengan perolehan suara yang lebih tinggi, sebagian besar TPS di Jakarta dimenangkan oleh Jokowo-Ahok. Jadi dimanapun kebakaran bisa dipastikan bahwa kemungkinan atau probabilitas terbesar di lokasi tersebut suara Jokowi Ahok pasti lebih besar dibandingkan Fauzi Bowo pada Pilkada putaran pertama lalu. Apakah Dewi tidak pernah berpikir ke situ? Kalau tidak pernah, itu menunjukkan bahwa Dewi adalah sosok yang sangat tidak cerdas dan tidak objektif. Kalau cerdas dan objektif, sebelum menyebarkan pesan dia harus bertanya dulu kenapa lokasi kebakaran sebagian di tempat suara dukungan ke Jokowi-Ahok lebih tinggi dibandingan Fauzi Bowo? Kalau dia cerdas dan berpikir jernih, Dewi pasti akan menemukan jawaban bahwa dalam putaran pertama Pilkada suara Jokowi-Ahok lebih besar dan itu berarti kantong-kantong suaranya juga lebih tersebar luas dibandingkan Fauzi Bowo. Sehingga dimanapun titik kebakaran di Jakarta, probabilitas terbesar di lokasi itu suara Jokowi-Ahok pasti lebih besar dibandingkan Fauzi Bowo. Kasus ini juga telah dilaporkan oleh Timses Fauzi Bowo kepada Panwas Pilkada Jakarta. Panwas harus menyelesaikannya secara tuntas berdasarkan aturan yang ada. Apa yang dilakukan Dewi secara kasat mata sudah jelas salah. Kasus Dewi ini juga berbeda jauh dengan apa yang diadukan oleh timses Jokowi-Ahok dalam kasus Rhoma Irama. Dalam kasus Rhoma, saat itu ia dalam kapasitas sebagai dai' dan dalam ruang yang terbatas (umat Islam) dan dengan dalil yang kuat yaitu ayat Al-Quran. Dalam kasus Dewi, pesan yang disampaikan tidak berdasarkan data yang kuat, dan sangat boleh dikatakan fitnah. Namun terlepas dari semua itu, pengakuan Dewi tersebut makin menunjukkan betapa tidak terhormatnya cara-cara yang dilakukan oleh kader PDI-P dan pendukung Jokowi-Ahok menyudutkan lawan-lawannya. Memutarbalikan fakta melalui media massa adalah cara yang selalu dilakukan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline