Lihat ke Halaman Asli

Cinta Lama Belum Kelar #35

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

City car yang aku kendarai disesaki oleh belanjaan Ayu. Ia sudah cantik, dengan potongan rambut baru, kuku yang berwarna merah centil dan wangi badan beraroma susu. Ia kini malah menjadi kasur bagi Karenina yang terlelap.

“Dev, nyokap gue udah tahu kalau gue kabur dari rumah.” Ujar Ayu tenang.

“Lalu?”

“Nyokap gue nyuruh gue balik ke Semarang.”

“Kapan?”

Dilihat dari gelagatnya, aku tahui a tidak suka melakukan saran dari Ibunya. “Kalo gue balik ke Semarang, Nyokap gue pasti nyuruh gue balik ke Hengki dan maafin dia. Sama aja bohong.”

“Kok gitu?”

“Yah, dia pikir masalah perselingkuhan itu sepele. Dia bilang, gue harus kuat. Jangan mau kalah sama cewek yang merusak rumah tangga gue. Tapi gue nggak bisa.”

“Trus, kalo nggak pulang ke rumah orang tua lo, rencana lo apa?” Aku bertanya. Tak ada yang bisa aku prediksi dari ini semua. Karena dari dulu Ayu sama sekali tidak pernah merencanakan sesuatu untuk hidupnya. Ia tipikal orang yang memutuskan sesuatu secara spontanius. Ia berpikir untuk menikah hanya karena Hengki memintanya. Ia memilih memakai baju warna hijau hanya karena ia melihat baju itu ada di tumpukan paling atas di kopernya. Mengganti shampo hanya karena melewati jejeran shampoo dengan warna dan aroma yang ia belum tahu.

“Gue cerai, gue cari kerja hidup di Jakarta dan jadi single parrent. “ katanya.

Aku takjub bukan kepalang. Tapi bagaimana runutan visualisasi dari rencana tersebut? Mari kita simak bersama.

“Gue akan minta harta gono-gini sama Hengki, gue pake duitnya untuk modal usaha.”

“Usaha apa?”

“Hm…. Itu yang belum gue tahu.” Matanya mengawang ke sebelah kiri seraya berpikir. Dan aku nyaris menyerempet motor yang terus mencoba mencari celah untuk selap selip diantara kemacetan. Jam 5 sore, di hari senin. Yang berarti kemacetan di Jakarta sedang parah.

“Kenapa Jakarta? Kenapa gak Semarang? Sama orang tua lo,” Usulku. “Jadi ada yang bantuin elo jaga Karenina. Lo nggak berencana menyerahkan Karenina ke Hengki kan?”

“Ya enggak lah. Si Hengki, bikin susu buat Karenina aja gak becus. Mana bisa dia ngurusin anak, “ Ia telah kembali. Dengan semprotan khasnya soal Hengki. “Gak mungkin gue bawa ke Semarang. Yang ada gue harus menghabiskan masa-masa janda gue dengan Nyokap yang menyesali keputusan gue. Gue yakin. “

Damn, sebel banget sama lo.”

“Kenapa? Lo jangan kuatir Dev, gue juga nggak mau ngerepotin lo di Jakarta. Hanya karena lo adalah sahabat paling deket gue di sini….”

“Bukan itu…”

“Trus kenapa?”

“Gue aja dari dulu nyari pacar nggak becus. Nyari suami gak dapet-dapet. Nah elo udah jadi janda aja…. Back to market! Banyak-banyakin saingan gue ajah!” semprotku gondok.

“Looooh, menurut gue elo lebih beruntung. Masih bisa menentukan pilihan. Dan karena lo udah liat pengalaman gue, lo harus cari laki-laki setia. Itu harga mati!”

“Kalo tuh laki nggak punya duit?”

“Lo kan udeh banyak duit!” begitulah pemikiran Ayu.

***

Lain kemarin, lain sekarang. Semalaman ia berpikir lagi. Lalu menelpon Hengki dengan nada jutek. “Gue mau pulang sekarang ke Semarang. Lo jemput gue di rumah Devina.”

“So?”

Ayu menghela nafas. “Dia akan segera jemput gue. Gue harus nyiapin Karenina untuk perjalanan jauh ke Semarang.”

Lalu Ayu berjalan gontai dan berekspresi aneh, “Pas gue telpon, Hengki kedengarannya baru bangun. Dan gue curiga dia habis mabuk semalaman…”

“Kok lo bisa mikir ke situ?”

“Soalnya dia juga bersuara gini…. Huekk… huek…” Ayu memeragakan gaya muntah dengan style Mbah Surip. Dan Karenina malah menertawainya.

Aku santai menikmati kopi ku sementara Devina memandikan Karenina. Sesaat itu, ada SMS dari Galang. “Gue otw ke rumah lo bareng Hengki. Lo harus jelasin sesuatu sama gue…”

Aku menduga, Hengki yang mabuk ternyata membeberkan semua informasi soal diriku dan Aje yang Galang tidak pernah tahu.

Aku menyediakan kamar ku pribadi sebagai tempat untuk bicara dari hati ke hati. Karenina bersamaku sambil menyusun lego barunya yang dibeli dengan gasakan kartu kredit dendam kesumat hari kemarin. Dan ia juga meminjam teddy bear besar ungu yang dulu diberikan Aje, sebagai teman bermainnya.

Galang terlihat bete dan hanya memandangi Kalender yang ada di ruang TV. Aku menyediakan sirup markisa di siang yang panas ini. Dugaan Ayu benar.

“Jadi, selama ini lo sama Galang ada hubungan?” Tanyanya superserius. Matanya sampai memicing dari samping.

“Yap.”

“Sampai lo berdua nginep sekamar di Bukittinggi?”

Aku terdiam.

“Hubungan macam apa sih? Lo tahu kalau dia sama Melati itu udah pacaran 5 tahun.” Nada suaranya menjadi lantang hingga Karenina pun melengok dengan linglung. “Mereka akan menikah….”

“Itu gue juga sadar…”

“Jadi, yang lo bilang lo mencintai orang lain itu Majendra?”

Aku tak bisa mengelak lagi, “Ya!”

Ekspresi Galang sangat kentara kesal. Ia mengepalkan tangan dan mengetuk-ngetuk bantalan sofa. Sehingga tidak mengeluarkan suara.

“Gue menyesal punya temen kayak dia. Pengkhianat!!”

“Waktu lo ninggalin gue, dia yang ada buat menghibur gue,” jelasku.

“Itu akal bulus dia doang. Dia itu laki-laki, semua laki-laki itu brengsek!” semprotnya lagi.

“Oh, begitu. Lo berpikir semua laki-laki itu brengsek, karena lo seperti itu. Kalian gak ada bedanya…. “ sekarang gantian aku jutek.

Karenina merajuk-rajukku untuk membantunya menyusun lego-lego itu.

Galang masih menahan kesal sendiri. Sementara pasutri yang ada di kamarku malah tak terdengar ribut apa-apa. Aku berinisiatif untuk mengecek mereka sebentar.

Ku ketuk pintu kamarku sendiri.

“Sebentar Dev!” aba-aba dari Ayu. Lalu ia membuka pintu.

Ada sesuatu yang mencurigakan dengan mereka. Dengan gelagapan, Hengki langsung pamit ke bawah untuk mengawasi Karenina.

Ayu terlihat sumringah. Ia keringatan dan aku meraba tempat tidurku sendiri yang sepertinya bersimbah dengan keringat mereka.

“Elo berdua abis ngapain?”

Ayu salah tingkah.” Eng, sorry Dev! nanti gue beresin. Gue mau ngasih tahu kalau gue sama Hengki udah gak ada masalah.”

Aku menganga kepadanya.

“Kita udah baikan. Dia udah minta maaf dan janji gak akan selingkuh lagi. Dan dia udah resign dari kerjaannya di Padang.” katanya terbata-bata. “Itu berarti, kita akan balik ke Jakarta lagi. Hengki juga udah pasti dapet kerjaan karena rekomendasi dari temennya di sini,” Ayu langsung menghambur memelukku yang masih keheranan.

Sangat tipikal Ayu. Ia lebih menyukai rencana orang lain daripada rencananya. Dan selama ini memang Hengki lah yang mendominasi perencanaan masa depan mereka berdua.

“Mudah-mudahan jadi lebih baik ya…” do’a ku.

“Makasih banget Dev.” Katanya.“Jadi nanti kita bisa shopping bareng deh!”

“Oke, bantu gue sekarang bisa?” pintaku.

“Apa?”

“Gantiin seprei gue!”

------------------

Majendra : Dan Akhirnya Semua Terungkap

Serangan bertubi-tubi menimpa handphone gua. Ada 5 miskol dari Hengki yang tidak biasa. 10 miskol dari Galang, 7 dari Melati dan 9 lainnya dari nomor tidak dikenal. Tapi sayangnya mereka harus maklum keadaan gua yang sejak dua hari lalu fakir sinyal di lombok timur. Mendadak bos nyuruh gua survey lokasi di sana. Dan sekarang gua telah mendarat di Jakarta. Sebuah sms dari Melati masuk.

"Situasi gawat, telp gue segera."

Bleh! Apaan nih? Mungkin karena musim penghujan, cuaca ekstrim komplek gua kebanjiran. Gua langsung telpon Melati. "Kenapa gawat?" tanya gua langsung saat dia menyapa.

Melati pun menjelaskan, kemarin pagi ia dimintai keterangan tentang di mana gua berada oleh Galang. Ia ditemani dengan seorang teman bertubuh tegap, tinggi,berperut buncit dan berbulu lebat. Tebakan gua adalah Hengki. Kata Melati Galang terlihat sangat kesal dan menyebutkan beberapa nama jenis hewan.

Karena Melati sedikit kepo, ia pun bertanya kenapa Galang mencari gua.

Dengan suara maksa dibuat mirip Galang, Melati pun berucap, "Aje brengsek. Sorry Mel, bukannya gue mau ngacak-ngacak rencana married lo. Asal lo tau yah. Dia udah mengkhianati lo dan menyakiti perasaan cewek yang gue sayang. Dia bukan temen gue lagi. Jadi lo bilang sama dia, gue bakal habisin dia!"

Eh bussed, dia serius banget mengancam gua. Bisa susah pulang gua kalo begini caranya. Dan gua sedikit lega karena akhirnya Galang tahu. Gua gak usah repot-repot menyimpan rahasia darinya.

----------bersambung





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline