Lihat ke Halaman Asli

Covid-19, Petaka yang Mendatangkan Berkah?

Diperbarui: 25 April 2020   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Realitas menunjukan bahwa sejak munculnya sebuah virus yang dikenal dengan nama Corona atau Covid-19 dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, kehidupan di alam cosmos ini mengalami perubahan yang besar dan destruktif. Betapa tidak virus ini telah melululantahkan peradapan semesta mulai dari kematian yang masif dan cepat sampai pada limitasi ruang gerak secara besar-besaran. Dimensi kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan pendidikan pun ikut terbenam di dalamnya. Hal ini seolah-olah memberi pesan bahwa ramalan tentang kiamat (the end of the world) sudah ada di depan mata dan nyata.

Berbagai macam kecemasan pun muncul, mulai dari para pemimpin negara sampai pada masyarakat lapisan bawah.

Kecemas akan terjadinya krisis ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran dan ketidakterpenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Lebih lanjut, ada kecemasan yang juga muncul akibat pandemi Covid-19 ini yaitu pendapatan negara dari sektor pariwisata menjadi lumpuh dan itu berakibat pada terhambatnya negara untuk membayar utang luar negeri yang sekian banyaknya itu. Mengenai hal ini Presiden bersama Menteri Keuangan telah memangkas sebagian sektor belanja negara guna terpenuhnya segala kebutuhan dalam penangan virus ini.

Kecemaasan lain yang dirasakan oleh seluruh penghuni jagat ini ialah cemas akan terjangkit virus corona itu sendiri. Dengan melihat penyebaran virus corona yang begitu cepat dan kasus kematian yang mengalami peningkatan dari hari ke hari, pantaslah kalau kita semua cemas.

Namun, kendati wabah virus corona ini melumpuhkan hampir semua sendi kehidupan manusia, ada hal lain yang mungkin mendatangkan berkah bagi sekelompok orang yang merindukan akan adanya persekutuan di tengah keluarga yang tercerai berai.

Dengan adanya himbuan untuk stay at home atau bahkan larangan untuk berkumpul atau mengumpulakan masa menjadi kabar sukacita bagi anak-anak yang merindukan perhatian penuh orang tua yang tak mengenal waktu mengais rejeki di alam luar, para istri yang merindukan kebetahan suami mereka untuk tinggal lebih lama di rumah bersama anak-anak, para suami yang merindukan istri mereka untuk tidak menghabiskan waktu di rumah tetangga dan bergosip tentang kehidupan pribadi orang lain dan orang tua yang merindukan anak-anak mereka yang terlalu jauh bergaul liar dengan orang-orang yang berpotensi merusak tubuh dan kepribadian mereka. Himbauan untuk tinggal di rumah semua kerinduan itu menjadi terpenuhi.

Hal lain lain yang mungkin juga menjadi kegembiraan bagi kita semua bahwasan tingkat kriminalitas yang terjadi di masyarakat mengalami penurunan. Setidaknya dalam pekan ke lima belas semenjak wabah ini menyebar di Indonesia angka krimanalitas turun sekitar 4,32 persen   (Tempo.Co. 17 April 2020). Hal ini menunjukan Covid-19 bukan saja membawa dampak yang merusak kehidupan manusia tetapi mungkin juga membawa berkah bagi sekelompok orang. 

Akan tetapi,  Virus yang belum ditemukan obatnya ini harus dihindari dan dimusnahkan. Sebab kalau situasi ini terus berlanjut bukan tidak mungkin manusia akan kehilangan kebebasan eksistensialnya. Mengikuti semua instruksi pemerintah adalah cara terbaik kita untuk menghindari virus ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline