Lihat ke Halaman Asli

Efektivitas Asesmen Bertahap dan Asesmen Berkelanjutan dalam Pendidikan

Diperbarui: 15 April 2024   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto diambil ketika PPL di SMPN 17 SBY 

Asesmen merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran untuk mengukur kemajuan dan kemampuan peserta didik. Asesmen yang efektif dapat memberikan informasi yang berharga bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam dunia pendidikan modern, dua pendekatan asesmen yang umum digunakan adalah asesmen bertahap dan asesmen berkelanjutan. 

Asesmen bertahap (atau asesmen sumatif) dilaksanakan secara berkala, biasanya setelah menyelesaikan satu materi atau unit pembelajaran. Bentuknya bisa berupa tes, kuis, tugas, atau presentasi. Asesmen ini memberikan gambaran tentang penguasaan materi peserta didik pada waktu tertentu. 

Asesmen berkelanjutan (atau asesmen formatif), dilakukan secara berkelanjutan sepanjang proses pembelajaran. Bentuknya bisa berupa observasi, jurnal, portofolio, atau diskusi kelas. Asesmen ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang perkembangan belajar peserta didik, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 

Dalam konteks pembelajaran Bahasa Jawa di Surabaya, asesmen bertahap dan asesmen berkelanjutan menjadi dua pendekatan yang relevan untuk diterapkan. Sebagaimana yang sudah saya terapkan bersama teman-teman saya dalam kegiatan PPL pada program PPG Prajabatan dalam pembelajaran Bahasa Jawa dengan materi Undha Usuk Basa Krama pada SMPN 17 Surabaya. 

Sebelum melakukan kedua asesmen tersebut terlebih dahulu kami melakukan observasi lingkungan belajar, karakteristik dan gaya belajar peserta didik yang ada di sekolah tersebut. Dalam kegiatan observasi yang kami menemukan beberapa realita yang mana penerapan materi undha-usuk bahasa krama ini sedikit mengalami kesulitan. 

Fakta yang tampak jelas dapat dilihat dari lingkungan, yang mana mayoritas dari peserta didik adalah warga asli kota Surabaya dan dalam kesehariannya mereka terbiasa berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa Surabayaan (Ngoko) adapun yang bukan asli suku Jawa. Sehingga kosakata bahasa Jawa krama mereka cenderung minim. Begitupun dengan karakteristik dan gaya belajar anak-anak yang beragam, dapat kami tarik point besar bahwa anak Surabaya aktif dalam proses pembelajaran, dengan gaya belajar kinestetik yakni cara belajarnya melibatkan gerak fisik.

Foto diambil ketika PPL di SMPN 17 SBY 

Agar lebih dapat menyesuaikan asesmen yang tepat, setelah melakukan observasi kami melanjutkan dengan memberikan asesmen diasnostig beberapa soal seputar bahasa Jawa krama, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing peserta didik. Namun, dari hasil tersebut kurang memuaskan, dikarenakan beberapa faktor yang sudah dijelaskan sebelumnya. 

Maka agar pembelajaran bahasa Jawa materi undha usuk basa krama ini berjalan lancar dan memberikan pengalaman bermakna pada mereka, kami menggunakan asesmen bertahap dan berkelanjutan. Dalam asesmen bertahap ini kami memberikan soal-soal ataupun materi yang dirasa mudah terlebih dahulu, kemudian naik level tingkat kesulitan yang lebih kompleks agar peserta didik menikmati proses belajar dan diakhir pembelajaran akan diberikan evaluasi berupa tes untuk mengetahui perkembangan peserta didik selama pembelajaran. 

Tak lupa memberikan asesmen berkelanjutan dalam setiap proses pembelajaran seperti diskusi kelompok, agar mereka yang kurang memahami juga bisa mengeksplor lagi bersama teman sebaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline