TETESAN MAWAR HITAM
Lembut angin menyentuhmu
Kilau mentari menyapamu
Ku melihat angin tersipu malu
Mentaripun tertawa cemburu
Langkahmu mengusik aliran darahku
Senyummu tak pelak menghancurkan lamunanku
Terbuai dalam lamunan otak kiri
Tak kan kupungkiri walau imajinasi
Haruskah bertanya pada nurani
Akan kagum yang berotasi
Haruskah berkeluh pada tirani
Akan budak yang berkompromi
Indahnya kemunafikan
Disaat kaki menghianati logika
Nikmatnya kehinaan
Disaat cantik menepis aura