Lihat ke Halaman Asli

EMI KOSVIANTI

Akademisi

PTSD pada Korban Kekerasan Seksual: Bencana di atas bencana

Diperbarui: 2 Desember 2024   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang paling parah. Korban kekerasan seksual seringkali mengalami dampak psikologis yang berkepanjangan, salah satunya adalah Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). PTSD adalah kondisi mental yang berkembang setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis yang mengancam jiwa atau integritas fisik. 

Dalam konteks kekerasan seksual, PTSD bisa diibaratkan sebagai "bencana di atas bencana," karena dampaknya tidak hanya dirasakan segera setelah kejadian, tetapi juga bisa berlangsung seumur hidup.

PTSD adalah gangguan mental yang ditandai dengan kemunculan gejala berikut:

  1. Rekolusi Trauma: Korban sering kali mengalami kilas balik atau rekolusi, yang membuat mereka merasa seolah-olah kembali berada dalam situasi traumatis. Ini bisa terjadi melalui mimpi buruk, ingatan intrusif, atau bahkan pemicu yang tampaknya sepele.
  2. Penghindaran: Untuk mengurangi ketidaknyamanan, banyak korban PTSD berusaha menghindari tempat, orang, atau situasi yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis. Penghindaran ini bisa membuat mereka terasing dari lingkungan sosial dan sulit berinteraksi dengan orang lain.
  3. Perubahan Mood dan Kognisi: Korban dapat mengalami pergeseran negatif dalam cara mereka memandang diri sendiri dan dunia. Rasa bersalah, malu, dan kebencian pada diri sendiri sering kali muncul, bersamaan dengan kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal.
  4. Reaksi Arousal yang Berlebihan: Banyak korban merasakan ketegangan yang berlebih, mudah terkejut, atau kesulitan tidur. Ini dapat membuat mereka hidup dalam keadaan waspada yang konstan, berusaha untuk menghindari situasi yang bisa memunculkan rasa takut.

Dampak PTSD terhadap kehidupan sehari-hari korban bisa sangat merusak. Selain kesehatan mental, PTSD dapat mempengaruhi kesehatan fisik, hubungan pribadi, dan kapasitas untuk bekerja. Korban mungkin mengalami masalah kesehatan lain seperti depresi, kecemasan, dan gangguan penggunaan zat. Dalam banyak kasus, individu yang mengalami PTSD juga berisiko lebih tinggi terhadap perilaku bunuh diri.

Pemulihan dari PTSD memerlukan waktu dan pendekatan yang menyeluruh. Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi pemrosesan trauma, telah terbukti efektif dalam membantu korban mengatasi gejala PTSD. 

Selain itu, dukungan keluarga, teman, dan komunitas juga sangat penting dalam proses penyembuhan. Program dukungan yang melibatkan trauma-informed care sangat dibutuhkan untuk memberikan ruang bagi korban untuk berbagi pengalaman mereka tanpa takut akan stigma atau penghakiman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTSD pada korban kekerasan seksual adalah masalah serius yang memerlukan perhatian lebih dari masyarakat. Ketika kita berbicara tentang kekerasan seksual, kita harus menyadari bahwa dampaknya tak hanya terbatas pada fisik tetapi juga menyentuh aspek mental yang mendalam. Memahami dan mendukung para korban adalah langkah penting untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih aman bagi semua. 

Dalam berjuang melawan kekerasan seksual, kita juga harus berkomitmen untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi pemulihan korban, menjadikan mereka bukan hanya sebagai penyintas, tetapi juga agen perubahan dalam masyarakat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline