Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Santri (Lagi)

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ba'da magrib jumat kemaren, saya mengikuti test penempatan di Ma'had Umar bin Khatab.Sesudah beberapa bulan menghafal Al-Qur'an secara otodidak saya memutuskan untuk menghafal lebih serius dengan bimbingan ustadz. Kebetulannya saya mendapatkan informassi dari kawan bahwa di ma'had umar bin khatab ada program Tahfiz  Al-Qur'an, jadilah saya mendaftar di ma'had ini.

Belajar dipesantren sebenarnya tidak asing lagi bagi saya, ketika lulus SD tahun 1994 yang lalu saya melanjutkan sekolah kesebuah pesantren di pinggiran kota Solo yang didirikan oleh Ust. Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir. Selama 3 tahun saya melanjutkan pendidikan di pesantren tersebut dengan kata lain 3 tahun juga saya menjadi santri. Santri dipesantren biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu santri mukim dan santri kalong. Kalau di pesantren dulu saya menjadi santri mukim yaitu santri yang tinggal dipesantren maka kali ini saya menjadi santri kalong karena masuknya hanya sepekan tiga kali dan saya masih tinggal dirumah, tidak tinggal dipesantren.

Kembali kecerita test masuk, ba'da magrib tepat saya mengikuti test bersama dengan puluhan orang. Test kali ini tidak hanya untuk calon peserta program tahfiz tapi juga test untuk program tahsin. Peserta yang ikut test sangat beragam sekali, yang paling muda berumur 10 tahun dan yang paling tua sekitar 50 tahunan. Dari beberapa peserta yang ikut test untuk ikut tahsin ada yang masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur'an, untuk itulah mereka mengikuti program tahsin yaitu untuk memperbaiki bacaan mereka. Dilihat dari segi umur mereka tidak bisa dibilang  muda lagi, tapi bukankah belajar itu tidak mengenal umur? saya cukup salut dengan mereka yang mau belajar lagi tersebut walaupun usia tidaklah muda lagi. Ada yang berminat mengikuti jejak mereka???

Pada saat test saya berkenalan dengan peserta disamping saya yang juga akan mengikuti program tahfiz. Kawan baru ini ternyata masih mahasiswa semester 6 di fakultas kedokteran universitas lambung mangkurat. Selain itu saya juga bertemu dengan peserta program tahfiz yang sudah berjalan yang saat ini aktif sebagai anggota DPRD Kalsel dari fraksi PKS. Ternyata peserta program tahfiz ini sangat beragam, ada yang calon dokter, legislator, birokrat (itu saya :-)) dan profesi lainnya.

Memang benar firman Allah bahwa Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan Allah pula yang akan menjaganya, dipesantren ini saya melihat para santri mukim yang masih kecil-kecil yang hari-harinya belajar Al-Quran dan menghafalkannya. Maka tidaklah heran Al-Quran sejak diturunkan 14 abad yang lalu sampai sekarang masih terjaga orisinalitasnya karena selalu ada segolongan orang-orang yang belajar dan mengajarkannya. dan orang-orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an dikatakan Nabi Muhammad saw adalah orang yang terbaik sebagaimana dalam hadits khairukum man ta'allamalqur'an wa 'allamahu.

semoga Allah swt menjadikan kita dan keluarga  sebagai ahlil qur'an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline