Lihat ke Halaman Asli

Mahendra

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Ini Caranya Agar Siswa Berusaha Mencapai SKL

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428613013533265647

Berapapun nilai (hasi)l UN, sekolah wajib memberikan Sertifikat Hasil UN (SHUN) kepada siswa. Baik nilainya dibawah SKL maupun mencapai SKL, yaitu lebih atau sama dengan 55. Berapapun nilai UN, itu tidak mempengaruhi peluangnya untuk diterima di Perguruan Tinggi jika terindikasi siswa, sekolah, orang tua melakukan kecurangan atau tidak jujur dalam pelaksanaan UN . UN hanya menjadi salah satu pertimbangan dan masih banyak lagi faktor yang menjadi penilaian untuk diterima di perguruan tinggi.

“Contoh, jika siswa nilai rapor 90 sementara nilai UN 40 maka terdapat indikasi bahwa sekolahnya obral nilai kepada siswa,” ujar Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud, Nizam, usai rapat kerja dengan komisi X DPRRI, di kantor DPR RI, Senin 6 April 2015. “Hasil UN diserahkan ke Perguruan Tinggi bersamaan indeks integritas setiap sekolah SMA. Hasil tersebut akan diserahkann 2 Mei 2015. Kemudian pengumuman kelulusan dilakukan sekolah pada 15 mei 2015,” tambahnya.

Sebagai catatan siswa yang nilai UN di bawah SKL (55) berhak memilih mengulang UN ataupun tidak. Ini mencerminkan motif baik kemdikbud yang menginginkan UN sebagai acuan ketercapaian SKL secara nasional dan kelulusan tidak ditentukan dari UN; tapi dari sekolah. Artinya siswa bisa lulus sekolah meskipun belum mencapai SKL. Namun, ada pilihan terbaik ya pilihlah yang terbaik, yaitu lulus SKL dan lulus sekolah. Jadi mengulang UN tidak diwajibkan tapi dianjurkan.

Apa yang disampaikan Nizam tak jauh beda dengan draf konferensi pers medikbud di Jakarta, 27 Januari 2015. Poin yang bisa diambil untuk melengkapi keterangn Nizam adalah jika siswa yang belum mencapai SKL pada tahun ini boleh mengulang UN atau memperbaiki nilai UN dan dilakukan pada tahun 2016. Sedangkan tpada UN 2016 jika siswa belum mencapai SKL boleh memperbaikinya dan dilakukan pada tahun itu juga (2016). Begitupula pada thun 2017 boleh memperbaikinya dan dilakukan pada tahun 2017 (more info, here).

INDEKS INTEGRITAS SEKOLAH

Kalau boleh menyingkat penulis menyingkat saja Indeks Integritas Sekolah dengan IIS. IIS adalah ukuran yang memperlihatkan seberapa jujur sekolah dalam melaksanakan UN. Akan mudah dipahami dengan menyimak penjelasan Mendikbud. “Karena nilai UN tinggi jadi tak bermakna jika sekolahnya tidak memiliki indeks integritas tinggi. Sebaliknya, Indeks Integritas tinggi justru akan menaikkan nilai atau bobotangka UN-nya,” ujar Mendikbud, Anies R Baswedan.

Data apa yang digunakan untuk mengukur IIS? Prinsipnya adalah korelasi yang positif antara nilai rapor siswa dengan nilai UN. Dengan kata lain nilai keduanya harus seimbang. Ini mencerminkan strategi Eksekutif untuk meratakan kualitas siswa se-nasional, karena tidak bisa dipungkiri sekolah akan membuat soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) menesuaikan SKL. Jadi, inilah strategi unik. Justru sebenarnya beban guru dan siswa dan pemerintah sama-sama berat yakni mencapai SKL yang barang kali tahun depan ditingkatkan menjadi 60. Ya demi berkualitasnya pendidikan se-nasional. Namun suasana psikologisnya berbeda dengan dua tahun lalu di mana nilai UN menentukan kelulusan sekolahnya.

Jadi sekolah, orang tua dan siswa dianjurkan untuk berperan dalam mencapai SKL. Semoga tahun dpean kebijakan pemerintha membidik orang tua yaitu pembinaan orang tua. Sejenis sekolah rutin mingguan bagi para orang tua siswa bekerja sama dengan ‘antek’ Mendikbud yakni pihak sekolah.

Lebih jelas sebagai berikut, contoh (1) siswa A nilai rapor Matematika 55 kemudian nilai UN 90, (2) siswa B nilai rapor Matematika 80 kemudian nilai UN 80, (3) siswa C nilai rapor 55, kemudian nilai UN 60. Maka siswa C memberi kontibusi IIS lebih tinggi ketimbang siswa A. Sedangkan siswa B paling tinggi kontribusinya menambah bbot IIS. Sesuai dengan penjelasan Mendikbud bahwanilai UN tinggi jadi tak bermakna jika sekolahnya tidak memiliki Indeks Integritas yang tinggi. Sebaliknya, indeks integritas tinggi justru akan menaikkan bobot angka UN-nya.

Apa urgensi Integritas sekolah atau dalam pertanyaan semakna, apa urgensi kejujuran? Menjawab pertanyaan ini mengarah pada langkah kecil revolusi mental yang dimotori Kemdikbud. Pertanyaan ini terjawab dari himbauan Mendikbud agar sekolah dan orang tua menjaga siswa untuk jujur. Mendikbud juga berpesan agar siswa menjaga kesehatan, giat belajar, dan istirahat yang cukup jelang UN. Perhatikan juga polling yang dirilis mtgwpoll berikut ini yang dapat dismpulkan bahwa kejujuran itu modal bagi generasi sekarang untuk menjadi pemimpin di masa depan.

[caption id="attachment_409028" align="aligncenter" width="689" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"][/caption]

[caption id="attachment_409029" align="aligncenter" width="683" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"]

14286131021320755777

[/caption]

[caption id="attachment_409030" align="aligncenter" width="691" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"]

1428613146279736476

[/caption]

[caption id="attachment_409031" align="aligncenter" width="688" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"]

14286131891768584022

[/caption]

[caption id="attachment_409032" align="aligncenter" width="681" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"]

14286132461076015515

[/caption]

[caption id="attachment_409033" align="aligncenter" width="692" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"]

14286133401323308952

[/caption]

[caption id="attachment_409034" align="aligncenter" width="687" caption="Jujur: Al-Amin (mtgwpoll.com)"]

14286134401181663137

[/caption]

BAGAIMANA RUMUSAN MENGUKUR IIS?

Pengukuran IIS belum secara rinci, sejauh ini Mendikbud baru sebatas keyakinan abahwa rumusan untuk mngukur IIS biasa dipakai dalam dunia akademis. Penulis menyarankan agar rumusan dipublikasikan sebelum UN dilaksanakan. Agar cita-cita mental jujur lebih mengena. Dikhawatirkan revolusi mental yang baru diperlihatkan menteri Susi Pundjiastuti tidak bersambung. Dikhawatirkan revolusi mental jadi sekadar print out bukan execution.

Tunggu apa lagi? Jika Mendikbud mengaku punya data pelaksanaan UN setiap sekolah setiap tahun untuk mengukur IIS maka bersegeralah mempublikasikan rumusannya. Apalagi Mendikbud akan memberikan penghargaan bagi sekolah yang Indeks integritasnya tinggi, erupakan bentuk keseriusan menjunjung mental kejujuran. Tentu, rumusan menjadi acuan bagi sekolah untuk menargetkan IIS yang tinggi.

Atau barangkali, mendikbud sengaja mengulur waktu untuk tidak mempublikasikan rumusannya karena kekhawatiran terjadinya kongkalikong sekolah, orang tua dan siswa. Akhirnya, jelas pembahasan seputar kepan dipublikasikan rumusan IIS sebagai perhatian positif bukan kecurigaan negatif. Apalagi sejauh ini mendikbud telah berkoordinasi dengan daerah melalu konferensi video jarak jauh demi kelancaran UN dan mengevaluasi persiapannya. Bersyukur ditemukan kekurangan naskah sejak dini agar ditangani cepat dan tidak ada masalah kekurang naskah soal UN di hari-H.

Penulis pernah mengalami hal yang demikian ketika menjadi penanggungjawab soal try out. Syukur, kekurangan soal dan kekurangn nomor soal bisa terdeteksi sejak dini. Namun di hari-H ternyata masih ada kekurangan 3 soal dan nomor soal (1 lembar saja) sehingga membutuhkan waktu dan kerja keras untuk menanganinya.

PELUANG ‘BISNIS’ BAGI ORANG TUA

Ya peluang bisnis bagi para orang tua agar menjaga motivasi anaknya dengan cara menyibukkan diri dengan aktivitas belajar. Anak merupakan bentukan orang tuanya. Penulis mempunyai contoh kasus seorang siswa smp dan sma tidak pandai matematika dasar sehingga menghambat perkambangn belajarnya setelah dicek kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan kurang memberikan teladan kepada anaknya serta terlalu berlebihan menyerahkan perubahan sikap anak sepenuhnya kepada sekolah. Sederhananya jika anak belajar, seyogiyanya orang tua terlbih dahulu asyik dengan buku bacaan, bukan malah menyetel chanel tv bahkan dengan volume suara keras dan program tv yang kurang mendidik. Maka di sini peluang bisnis bagi orang uta demi kesuksesa anaknya yakni menjual keteladanan. Seperti pepatah imam syafi’i lebih baik menanggung lelahnya belajar daripada menanggung beban kebodohan. Insyaallah anak membeli keteladanan yang dijual oleh orang tuanya. Sedangkan pemerintah juga harus memanfaatkan peluang bisnis ini dengan merasuki tiap-tiap rumah dengan program pendidikan anggap saja seolah program mario teguh rutin mingguan di setiap rumah. Sehingga anak lebih sibuk dengan belajar daripada pacaran dan aktivitas kurang mendukung lainnya.

Mari simak kecenderungan terbaru tentang sukses karir terlebih dahulu ketimbang pacaran. Polling yang dirilis mtgwpoll ini mudah untuk diambil kesimpulannya.

[caption id="attachment_409035" align="aligncenter" width="700" caption="Sabar untuk Sukses Masa Depan (mtgwpoll.com)"]

1428613508710473626

[/caption]

[caption id="attachment_409036" align="aligncenter" width="695" caption="Sabar untuk Sukses Masa Depan (mtgwpoll.com)"]

142861359341689787

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline