Lihat ke Halaman Asli

Em Fardhan

Penulis

Karma

Diperbarui: 18 Desember 2022   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

lu saya percaya bahwa segala penderitaan adalah sebuah ujian. Ujian yang berasal dari Tuhan untuk hambanya. Yang biasa disebut "Sudah Takdir".

Misal, saya ditipu oleh seseorang adalah sebuah ujian. Dan berbagai macam penderitaan yang dianggap sebagai ujian-ujian dari Tuhan.

Lantas dengan berangkat dari anggapan itu. Yang mesti saya lakukan hanyalah cukup bersabar. Pasrah akan segala keadaan tanpa berusaha apa-apa. Sebab sabar saja itu juga berpahala.

Namun, sekarang saya percaya. Bahwa apapun penderitaan yang dialami manusia adalah hasil perbuatannya sendiri, pilihannya sendiri. Apapun itu. Hanya saja ia belum sanggup memahami. Semua penderitaan itu berasal dari karma buruk masa lalunya. Dari perbuatan-perbuatan yang tidak selaras dengan hukum semesta/alam.

Dan saya juga percaya. Nasib manusia ada ditangannya sendiri. Ia sendiri yang menentukan akan maju atau mundur. Mau jadi apa atau mau ke mana. Tidak ada yang bisa merubah keadaan kecuali dirinya sendiri.

Misal saya ditipu, itu bukan takdir Tuhan, bukan ujian. Tapi murni kebodohan dan kekuranghatian diri saya sendiri.

Misal saya bodoh. Ya karena saya malas dan kurang giat belajar.

Misal saya miskin. Ya karena saya kurang kerja keras dan cerdas. Masih malas-malasan. Kurang belajar dan tidak memiliki skill yang bagus dan dibutuhkan jaman.

Lalu di mana peran Tuhan? Tuhan lah yang menyediakan hukum semesta itu sendiri. Justru dengan begitu keadilan Tuhan bisa digelar.

Kalau misal segala penderitaan kita anggap adalah ujian dari Tuhan. Betapa tidak adilnya Tuhan. Sekaligus tidak logis. Tuhan macam apa yang memberikan penderitaan. Katanya Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang?

Barangkali kita bisa mengatakan sabar kalau pas tertimpa penderitaan. Kita bilang itu ujian dari Tuhan. Namun, Itu hanya di bibir saja. Pada kenyataannya hati terdalam pasti menggugat Tuhan. Berpikir Tuhan tidak adil. Kenapa saya begini, sedangkan orang lain tidak begitu. Dsb. Hanya saja mungkin takut kualat sebab selama ini sudah terdoktrin ini itu, ditakut-takuti neraka, dsb. Jadi hanya dipendam saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline