Lihat ke Halaman Asli

Pariwisata Indonesia: Bangun Dulu, Baru Promosi

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_65736" align="alignleft" width="300" caption="pantai Kuta-nya Lombok yang indah namun belum banyak dikunjungi, salah satunya karena transportasi umum yang jarang (dok.pribadi)"][/caption] Dengan kondisi pelik yang dialami oleh Kemenbudpar dengan tidak diikutsertakannya lagi menjadi mitra oleh manajemen New7Wonders, pikiran saya menerawang pada pengalaman perjalanan ke Nusa Tenggara Barat atau Lombok. Pertengahan tahun lalu, saya berkesempatan untuk menikmati indahnya Pantai Senggigi hingga Gili Trawangan. Dari segi transportasi, penerbangan ke wilayah timur Indonesia tidak sefrekuen di wilayah barat dan tengah. Dengan begitu, harga tiket pesawat cukup mahal dibandingkan dengan tiket pesawat antar kota di Jawa atau Jawa-Sumatera. Kuantitas dan harga penerbangan tentu menjadi faktor yang signifikan bagi wisatawan untuk berkunjung. Alhasil, saya bisa melihat bahwa turis asing lebih mendominasi dibandingkan lokal. Dari segi jenis wisata, wilayah Indonesia bagian timur, mulai dari NTT hingga Papua dikenal dengan wilayah yang masih sedikit tersentuh. Maksudnya, cukup jauh dari jenis wisata modern dengan bangunan komersial, seperti mal, ataupun arena bermain. Jenis wisata lebih kepada wisata alam hingga ekoturisme. Untuk jenis wisata ini, saya menilai orang asing lebih menyukainya dibandingkan kita (lokal). Mendaki gunung, menyusuri sungai, menyelam, berjemur, berenang, hingga berselancar merupakan beberapa jenis wisata alam, yang digandrungi wisatawan asing. Tidak heran saat saya berkunjung ke Gili Trawangan, mulai dari kegiatan pantai (berenang, berjemur), hingga menyelam, saya berbarengan dengan para bule. Wisatawan lokal, hanya satu-dua saya melihatnya. Wisata jenis ini biasanya tidak membutuhkan fasilitas umum, artinya dengan peralatan pribadi kegiatan wisata dapat dilakukan. Kebanyakan mereka (asing) tidak begitu mempermasalahkan kondisi penginapan sejauh aman, ataupun transportasi. Jadi, jika banyak tempat wisata yang baru sedikit terjamah (belum banyak pengunjung) dengan penginapan dan transpor seadanya, tidak menjadi masalah besar bagi mereka. Saya melihat sendiri bagaimana mereka menikmati nasi bungkus di pinggir pantai Gili Trawangan, berseliweran dengan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, hingga menginap di losmen-losmen dengan fasilitas seadanya. Apa yang saya gambarkan tersebut berdasarkan pengalaman saya ke Lombok, bahwa dengan pengembangan fasilitas yang belum berkembang hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang. Kondisi demikian nampaknya kurang diminati oleh wisatawan lokal. Namun bukan berarti, di wilayah tersebut harus dibangun mal dan sejenisnya. Bahwa baik kiranya, mulai dari akomodasi hingga transpor dikembangkan. Jadi, wisatawan tidak harus melulu menyewa kendaraan yang biasanya lebih mahal ketimbang transpor umum. Tidak perlu lagi pengunjung sulit untuk mencapai dan menikmati indahnya pantai Kuta-nya Lombok. Pengunjung pun dapat memiliki variasi penginapan dan menyesuaikannya dengan kondisi keuangan. Dengan ini, mungkin turis asing dapat bertambah, dan turis lokal pun berdatangan. Jadi, lebih dari sekedar promosi, pemerintah pusat dan daerah harus bisa mempersiapkan sejumlah langkah untuk mengembangkan wisata di daerah. Mulai dari inventarisasi daerah wisata, analisa potensi dan kekurangan hingga perbaikannya. Baru promosi bisa dilakukan. Saya teringat akan "Visit Batam 2010", sedangkan pada akhir 2009, saya melihat pembangunan masih berlangsung di sana-sini, artinya belum selesai tapi sudah promosi. Dengan tulisan ini, maksud saya adalah bagaimana pemerintah tidak hanya sekedar melakukan kegiatan promosi. Bangun dulu baru diperkenalkan ke masyarakat lokal hingga dunia. Sehingga, saat berkunjung pada masa promosi dilakukan, pengunjung tidak kecewa dengan transpor yang sulit, akomodasi yang mahal dan tidak nyaman, hingga fasilitas pariwisata yang rusak. Baiklah adanya jika wisatawan baik lokal maupun asing sama-sama dapat menikmati seluruh potensi wisata Indonesia. Jadi, "Visit Indonesia" tahun berapa kira-kira kita siapnya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline