Lihat ke Halaman Asli

Saya Belajar untuk Lebih Detail

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tahu atau mengenal kata “detail” entah sejak kapan, namun yang pasti saya tahu arti sederhananya yaitu segala sesuatu yang terperinci. Saya diperkenalkan lebih jauh mengenai ini lewat pekerjaan yang sempat saya masuki yaitu retail, walaupun saya hanya beberapa hari menikmati masa training. Kata mereka, “retail is detail.” Meskipun hanya menjalani masa pelatihan, saya sempat diberikan sedikit ilmu dan belajar untuk mengamati tata-letak etalase secara rinci. Mengapa makanan ini harus di sebelah sini, mengapa barang tersebut harus di sebelah sana.

Salah seorang profesor saya di institusi tempat saya melanjutkan studi saya, sempat menyebutkan bahwa dia suka dengan hasil mid-test saya dalam mata kuliah yang dibawakannya karena saya cukup detail dalam menjawabnya. Ya, saya bersyukur saya masih mampu mengingat informasi yang diberikan beliau secara detail, karena ujiannya bersifat “closed book.” Berdasarkan hal ini saya belajar bahwa saya harus menulis tesis saya se-detail mungkin, mengingat profesor tersebut saat ini menjadi dosen pembimbing tesis saya.

Pelajaran yang baru-baru ini saya dapatkan mengenai kedetailan, yaitu melalui buku yang saya ikuti peluncurannya hari Rabu kemarin (4/8) di Gramedia-Grand Indonesia (terima kasih untuk admin Kompasiana yang berkenan memberikan undangannya), yang berjudul “Pak Beye dan Istananya”. Dalam satu hari, saya telah habis membaca buku tersebut. Kebiasaan saya yaitu suka untuk membaca kontinu buku yang memang menarik bagi saya, berapapun halaman buku tersebut. Satu benang merah bagi saya yaitu bagaimana detail itu menjadi sebuah bagian yang penting dalam membangun informasi kepada khalayak umum.

Ada dua kata kunci yang katanya saya cetak tebal dalam dua paragraf sebelumnya, yaitu mengamati dan menulis. Dua kata tersebut tersimpulkan melalui buku yang saya baca ini. Mas Wisnu ketika masih menjadi wartawan di Istana Negara, mencoba mengamati hal-hal secara detail, mengabadikannya, kemudian menulisnya dalam sebuah “coretan” yang akhirnya di-up-load dalam Kompasiana. Ada proses yang kemudian menghasilkan sesuatu yaitu tulisan, yang akhirnya terangkum menjadi sebuah buku. Mungkin tidak banyak yang peduli atau “ngeh” dengan letak parkir sebuah mobil, nomor platnya, bahkan jenisnya, yang ternyata jika dikaitkan dengan info lainnya, dapat menuju suatu kesimpulan.

Saya memperoleh pembelajaran dari buku ini, dua kata kunci digabungkan dalam suatu proses menjadi suatu kesimpulan yang mungkin berguna bagi orang lain. Intinya adalah jeli melihat sesuatu, ingat atau abadikan hal tersebut, dan rangkumlah dalam sebuah tulisan yang paling tidak itu berarti buat saya pribadi. Proficiat untuk Mas Wisnu Nugroho!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline