Tidak bisa dipungkiri bahwa akulturasi merupakan sesuatu yang terjadi setiap saat, dimana terkadang peristiwa tersebut kerap menciptakan suatu budaya baru yang merupakan campuran dari budaya-budaya yang sudah ada. Peristiwa ini bisa terjadi seluruhnya disebabkan oleh adanya interaksi yang terjadi antar manusia, antar kelompok, antar masyarakat dalam situasi mereka semua memiliki budaya yang berbeda. Secara singkat, budaya adalah suatu cara hidup yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang yang berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Mulachela, 2022).
Akulturasi itu sendiri merupakan terciptanya sebuah kebudayaan baru dari perpaduan antara 2 budaya berbeda atau lebih tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan awal oleh suatu kelompok masyarakat (Laily, 2022). Dibutuhkan paling sedikit 2 budaya berbeda, agar dapat terjadi akulturasi. Setiap kali akulturasi terjadi, peristiwa tersebut menciptakan budaya baru dimana nantinya budaya yang tercipta tadi akan mengalami akulturasi lagi berkali-kali dengan banyak budaya lain.
Salah satu dari akulturasi yang telah dialami oleh Indonesia yaitu dengan budaya Hindu Buddha. Tetapi sebelum itu, mari kita meninjau terlebih dahulu masuknya budaya Hindu Buddha di Indonesia. Ada 4 teori yang dikemukakan oleh ahli-ahli mengenai topik ini.
Di antara lain teori Waisya, teori Brahmana, teori Ksatria dan teori Arus Balik. Teori Waisya merupakan teori yang didasarkan pada kegiatan para pedagang dalam menyebarkan kebudayaan tersebut, teori Brahmana menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia disebabkan oleh kedatangan para Brahmana dari India ke Indonesia. Ada juga teori Ksatria tentang prajurit yang melarikan diri ke Indonesia. Terakhir, ada teori aliran balik bahwa orang Indonesia lah yang datang ke India untuk mempelajari budaya Hindu-Buddha.
Percampuran budaya Hindu Buddha dengan budaya Indonesia telah menciptakan suatu kebudayaan baru. Hal ini dapat kita lihat dari keberadaan candi-candi Hindu Buddha yang bervariasi bentuk dan fungsinya di sejumlah daerah di Indonesia.
Saat budaya yang satu bercampur dengan beberapa budaya lain yang berbeda maka hasil dari akulturasi tersebut tentu berlainan semua. Bagaimanakah contoh konkretnya? Contohnya adalah Candi langgam Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sebelum itu, candi merupakan salah satu peninggalan sejarah bercorak Hindu-Buddha yang paling terkenal. Biasanya, candi digunakan sebagai tempat untuk memuliakan orang yang sudah wafat, terutama para maharaja (Bestari, 2022). Kembali ke topik, kedua bangunan tersebut sama-sama candi dari Jawa namun memiliki sejumlah perbedaan yang signifikan baik secara fisik maupun fungsi dan elemen-elemen yang terdapat padanya.
Candi di Jawa Tengah kebanyakan berbentuk tambun dan atapnya berundak-undak, biasanya memiliki tiga tingkatan. Terdapat selasar yang lebar di antara kaki dan tubuh candi yang berfungsi sebagai tempat ritual menggiling objek candi atau yang disebut juga dengan "pradaksina."
Berbeda dengan candi langgam Jawa Tengah, candi Jawa Timur memiliki atap bertingkat mengecil ke atas dengan bentuk tubuh candi yang lebih ramping. Perbedaan lainnya terdapat pada reliefnya, dimana relief langgam Jawa Tengah memiliki corak yang menimbul cukup tinggi dan hiasan lukisan pada relief lebih terkesan naturalis. Sedangkan, relief langgam Jawa Timur tidak terlalu timbul dan berbentuk simbolis. Perbedaan ini disebabkan oleh karena langgam Jawa Tengah yang banyak terpengaruh kesusastraan India. Sementara itu, langgam Jawa lebih dipengaruhi oleh kesusastraan Jawa Kuno.
Jika kalian berpikir bahwa budaya Indonesia bercampur sama rata dengan budaya Hindu Buddha dalam langgam candi maka pemikiran kalian kurang tepat. Mayoritas dari elemen-elemen diatas sebenarnya berasal dari kebudayaan Hindu Buddha. Bangunan megah, patung yang menyerupai dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa semuanya merupakan unsur-unsur dari India. Candi di Indonesia hanya memiliki punden berundak sebagai unsur Indonesia asli. Namun begitu, apakah artinya sebab perbedaan setiap candi hanya karena letak geografis saja?
Tentu tidak, kenyataannya bukan hanya kebudayaan Jawa Timur dan Jawa Tengah saja yang mengakibatkan perbedaan diantara keduanya. Terdapat pula faktor dari perbedaan candi yang bercorak Hindu dengan candi yang bercorak Buddha, beberapa diantaranya yaitu fungsi, struktur, dan relief.
Candi yang bercorak Hindu umumnya memiliki fungsi sebagai makam para raja dan pembesar. Contohnya Candi Penataran, Candi Arjuna, serta Candi Gedong Songo. Tetapi selain itu, candi-candi bercorak Hindu kadang juga digunakan sebagai tempat penyembahan kepada dewa. Sedangkan candi yang bercorak Buddha hanya berfungsi sebagai tempat untuk beribadah kepada dewa. Contohnya yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, serta Candi Pawon.