Lihat ke Halaman Asli

Jangan Bully Tasniem Fauzia

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14040945052051818745

Tasniem Fauzia…pertama kali saya membaca namanya saya mengejanya dengan T a s n i e m  (baca : tasniyem) …  Namun  setelah saya lihat di akun FB nya , banyak teman-temannya memanggilnya dengan Niniem atau Ninim ..dan saya langsung menyimpulkan bahwa orangtuanya tidak bermaksud memberi nama Tasniyem Fauzia tetapi Tasnim Fauziah …lebih manis didengar. Tetapi apalah arti sebuah nama…

Kawan …

Berbeda dengan pemilu periode-periode sebelumnya yang hambar, pilpres 2014 sangat hangat bahkan panas menyemangatkan.

Lama saya bungkam dan malas untuk ikut berpesta, karena saat akan bergabung dalam pesta rakyat ini, suguhannya terlalu ‘bersoda’ untuk saya yang terbiasa hanya minum air mineral dan teh …. itupun ‘manis’.

Namun rasa ingin tau saya tentang riuhnya pesta yang masih belum selesai digelar ini membuat saya nekat masuk. Semula saya ragu ‘takut’ kena timpuk. Karena saya lihat ‘batu’ berseliweran di ruang pesta yang penuh dengan hiasan spanduk di sana sini. Bahkan tidak hanya batu tetapi juga tembakan-tembakan laser dimana-mana, yang tidak ada wujudnya tetapi  cukup tepat mengenai sasaran tembaknya.

Yang paling menarik hati saya untuk tetap bertahan di ruang pesta ini adalah saat saya menemui sebuah  kerumunan yang sangat ramai di salah satu ‘sudut ruang pesta’.

Ternyata ada seorang putri yang terbalut ‘gaun indah’ dan wanginya penuh aroma ‘berkelas’, yang mungkin baru saja masuk di ruang pesta rakyat semacam ini. Atau kalaupun sudah pernah ikutan pesta, namun sebelum ini dia tidak tampak ikut bersorak sorai di diantara kerumunan berjuta manusia. Atau yang paling mungkin adalah karena saya yang belum pernah masuk di ruang pesta demokrasi  sehirukpikuk  ini.   Putri itu ternyata bernama Tasniem Fauzia

Saya mencoba melihat dari kacamata saya  yang mulai minus karena faktor usia…jadi maaf apabila akan berbeda dengan yang lebih muda, tajam penglihatan atau yang sama-sama berkacamata namun beda ukuran plus atau minusnya.

Keriuhan dimulai saat Tasniem menuliskan sebuat surat terbuka kepada Pak Jokowi lewat akun FB nya…yang di diawali dan akhiri dengan catatan  seperti ini :

Jika anda, siapa saja yang membaca ini kenal dengan Bapak Jokowi, Mohon sampaikan surat ini kepada beliau.

Suratku untuk Yang Terhormat Bapak Jokowi,

Yang saya hormati Bapak Jokowi calon presiden Indonesia,

Dear Pak Jokowi, ...

….

…..

….

Surat tulus dari anak bangsa Indonesia,

Nijmegen,
26 Juni 2014

Tasniem Fauzia

Saya sudah ikutan baca surat terbuka itu dan saya hayati dengan batin yang bersih dan hati yang suci seperti yang diminta oleh Tasniem kepada pak Jokowi.  Sengaja tidak saya kutip surat tersebut disini karena sudah terlalu banyak yang membaca dan membahasnya.

Kesimpulan saya ….

Sebagian isi surat Tasniem adalah kutipan dari materi debat capres yang ditulis ulang dalam versi surat dengan bahasa yang terstruktur, untuk dipertanyakan kembali kepada pak Jokowi … tetapi penyajiannya lebih indah bukan seperti pertanyaan cerdas cermat yang lugas. Mencoba berbahasa santun, tetapi sayang masih sangat jelas memihak kepada salah satu capres dan memojokkan capres lain sehingga tampak kurang elegan untuk sebuah upaya white campaign.

Kalau tidak ingin dianggap kampanye, itu sangat naif karena di dalamnya ada pembelaan yang jelas kepada capres Prabowo.

Kalau dibilang tulus mungkin banyak benarnya, karena Tasniem berusaha tulus menjadi anak baik yang berbakti pada orang tuanya yang notabene saat ini kebetulan sedang berada di kubu capres Prabowo.

Kawan mari kita redam emosi …

Waktu yang akan membuktikan ketulusan Tasniem … apakah konsistensi dan ketulusan Tasniem untuk membela pak Prabowo (baca : sekaligus membela ayahandanya )  akan teruji saat sang ayah suatu saat berpaling ke aliran politik yang berbeda? Kedewasaan berpolitik selalu berproses pada diri semua orang termasuk Tasniem dan kita semua.

Untuk Dik Tasniem yang tulus hatinya …

Suratmu untuk pak Jokowi indah …tetapi terlalu naif untuk tidak ‘kena timpuk’ saat riuh pesta demokrasi seperti ini.

Suratmu untuk Pak Jokowi enak dibaca … tetapi waktunya sangat tepat untuk menuai hujatan

Suratmu untuk Pak Jokowi  mungkin dianggap mutiara oleh sahabat dan handai taulanmu… tetapi dianggap sampah oleh sebagian kawan pendukung pak Jokowi, wajar saja kan ? Dengan pendidikan tinggi tentu paham betul tentang keberagaman dan perbedaan pendapat.

Suratmu untuk Pak Jokowi ingin menunjukkan di ‘kelas’ mana kamu ingin diklasifikasikan dalam masyarakat yang sedang gembira mengikuti pesta demokrasi dengan berbagai versi… tetapi materinya masih sama kelasnya dengan materi saling menghujat capres ., tidak ada yang berbeda.

Suratmu untuk Pak Jokowi berbahasa santun … tetapi mencederai sebagian kawan-kawan pendukung pak Jokowi yang jumlahnya buaaanyak sekalii (maaf hanya opini pribadi tanpa melibatkan lembaga survey) , yang tidak semua bisa bertutur santun seperti mu, yang mungkin mempunyai temperamen lebih tinggi darimu, yang mungkin pas baca surat terbuka itu sedang emosi karena kehabisan beras, yang mungkin khilaf karena hanya manusia biasa

Akhir kata …

Salam kenal untuk Tasniem Fauzia …Teruslah berproses menjadi lebih bijaksana

Salam kenal untuk kawan-kawan semua …Yang gembira dalam meramaikan pesta…

Salam 2  jari … Jangan lupa pilih Jokowi …

Pilih dengan hati ...yang tidak memilih jangan di bully …




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline