Lihat ke Halaman Asli

Tol Cikampek dan Tol Cipali yang baru, menjengkelkan.

Diperbarui: 20 Juli 2015   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tol Cikampek dan Tol Cipali yang baru, menjengkelkan.

Inilah pengalaman melintas sebagian dari tol Cipali, menjelang H-4 Hari Raya Lebaran 1 Syawal 1436H. Melintas tanpa rencana maupun kesengajaan khusus untuk melintasinya. Terasa terpaksa, bahkan pulang pergi melewatinya, karena keteledoran dan suasana terbawa emosi saat mengendara, oleh beberapa kejadian  yang menimpa sebelumnya. Akibatnya, secara tak sengaja mengetest dan mencoba seperempat bagian atau sepotong dari Tol Cipali, sekaligus dengan greget dan kedongkolan saat melewatinya. Inilah ceriteranya.

Minggu, tanggal 12 Juli 2015, entah kenapa pada hari itu secara berturut turut, terjadi hal yang sungguh tak menyenangkan sama sekali. Pertama tama, malam sebelumnya, di hari minggu malam, terjadi keteledoran yang tak seharusnya terjadi, bila saja cukup teliti mau membaca surat undangan perkawinan yang dikirim lewat SMS. Undangan perkawinan putra rekanan sejawat seangkatan dari jurusan yang berbeda. Entah karena malas, membaca undangan lewat SMS dengan monitor yang kecil, yang walaupun bisa diperbesar, namun perlu kosentrasi dan waktu untuk membacanya.

Akibat, dari kemalasan dan mengandalkan memori yang juga sudah mengalami degenerasi, jelas berakibat fatal. Apa yang kuingat, hanyalah hari undangan, yaitu hari Minggu, saat, dan lokasi perkawinan, detail tanggal tak diingat. Padahal asal saja mau menggunakan komon sens aja, pasti ga bakal terjadi kelinglungan tersebut. Yaitu ga mungkin ada acara perkawinan selain bukan lingkungan muslim, maka ketika sampai di lokasi undangan, walah kok sepi dan kosong melompong, kukira salah alamat.

Setelah di cek isi  SMS undangan tersebut, astaganaga, ternyata memang salah tanggal....malunya itu lho. Untung ga ada yang tahu dan melihat muka melas ini! Padahal, demi undangan tersebut, perlu menyempatkan diri ke Jakarta dari Bandung sehari sebelumnya.

Pelajaran pertama, jangan percaya dan mengandalkan ingatan, selalu lakukan cek dan recek.

Selanjutnya, Senin sore, tanggal 13 Juli 2015, di jalan sempit yang hanya cukup untuk dua mobil berhimpitan saat ditikungan tajam patah, dengan para ibu ibu dan kaum lelakinya duduk bercengkerama tepat disudut ujung kanan tikungan, mereka tak mau menyingkir atau bergeming dari posisi nyamannya. Dari arah depan muncul motor bergoncengan dan mempersempit sudut kanan depan tikungan. Untuk menambah sensasi, tepat di ujung sudut kiri tikungan diparkir pula sebuah mobil baru gress. Eh ladalah, si motor, tak mau mengganggu ibu ibu rumpi tadi, justru menyusup ke ruang kosong sebelah kiri antara mobil parkir disudut kiri tersebut, dan mobilku. Alhasil, sudut manuver kanan dibatasi oleh kelompok rumpi tepat disudut kanan tikungan, sedangkan sebelah kiri disumbat oleh keberadaan motor sialan tadi.

Gb.1: Posisi mobil dibelokan saat menggerus motor dan mobil parkir

Akibatnya, pertama kali, menggerus motor, oleh karena keburu timbul emosi dan jengkel karena ulah simotor disisi kiri, semakin tak terlalu memperhatikan dan mengontrol jarak sisi kiri mobil, hingga selanjutnya berakibat menggerus mobil parkir tersebut pula, yang menyumbat sisi kiri. Sang motor kabur dengan meninggalkan baret di mobil, dan selanjutnya mobilku membuat baret tambahan akibat menggerus pula mobil yang sedang parkir tadi. Apa boleh buat, berani berbuat berani bertanggung jawab, sesudah salaman dengan empunya mobil selanjutnya, perjalananpun dilanjutkan ke Bandung. telpon dan lapor ke Bandung, saya menyerempet mobil dan mengganti kerusakannya.

Pelajaran kedua, dalam siituasi yang memecah perhatian (Ujung kanan ibu ibu dan bapak bapak rumpi, kiri motor menyusup ruang kosong anatara portal dan mobil disudut kiri tikungan dan mobil parkir tepat disisi kiri tikungan, dengan ujung kanan 5 meter didepannya terparkir motor  lagi), jangan lengah dan selalu fokus serta tetap pada posisi pengemudi defensif jangan agresif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline