Memang, mungkin tidak dalam waktu segera. Tetapi, dengan optimisme bisa diperjuangkan Pancasila menjadi alternatif menata peradaban dunia yang aman dan damai.
Sebagai penyemangat marilah kita hayati petikan berikut ini.
"… Indonesia sejak lama menjadi titik- temu penjelajah bahari yang membawa pelbagai arus peradaban. Maka, jadilah Nusantara sebagai taman-sari peradaban dunia."
------------------------
"… sebagai pusat persemaian dan penyerbukan silang budaya, …"
------------------------
"... pengaruh asing itu dalam evolusi sejarahnya bisa membawa keuntungan, kalau bukan syarat untuk terjadinya peradaban agung."
Kutipan tersebut dipetik dari buku Yudi Latif yang berjudul Negara Paripurna, yang diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama, cetakan kelima. Tepatnya di halaman 3 dan halaman 4.
Kalimat-kalimat yang menggugah kesadaran akan sejarah, dan menumbuhkan rasa bangga sebagai Bangsa Indonesia. Bangsa yang majemuk dengan berbagai macam perbedaannya: suku, bahasa, budaya, agama dan yang lainnya. Tetapi, bisa terjalin dalam satu ikatan persatuan yang kokoh berlandaskan ideologi Pancasila yang menjamin kebhinekaan tersebut.
Sesuatu yang membanggakan tersebut ternyata juga banyak mengundang decak kagum bangsa lain. Seperti dilansir kompas.com tanggal 8 Oktober 2020, beberapa tokoh dunia menyampaikan pujian itu.
Yang pertama, Imam Besar Al-Azhar Kairo, Mesir, Syekh Ahmad Muhammad Ath-Thayeb. Ketika bertemu dengan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Megawati Soekarnoputri di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018) beliau memuji Ideologi Pancasila. Karena terbukti mampu menjaga kerukunan dan keharmonisan antar warga masyarakat yang berbeda suku dan agama, Pancasila perlu diadopsi oleh negara lain yang mengalami konflik akibat masalah ideologi.