Lihat ke Halaman Asli

Ema Nur Liana

Al Faqir Ilallah

Peran Pemuda Desa di Era Millenial untuk Perdamaian Dunia

Diperbarui: 23 Desember 2019   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Ema Nur Liana

Mahasiswi IAIN Samarinda

PERAN PEMUDA DESA DI ERA MILLENIAL UNTUK PERDAMAIAN DUNIA

Kata damai atau peace secara etimologis ditemukan sekitar abad 12 dan berasal dari kata bahasa inggris abad pertengahan yaitu pees, yang diambil dari bahasa anglo-perancis pes dimana kata pes sendiri diambil dari bahasa latin yaitu pax yang berarti persetujuan,diam/damai dan keselarasan, berdasarkan konteks ini maka lawan dari kata peace secara etimologis adalah kata conflict, kata yang berasal dari abad ke 15 diambil dari bahasa inggris pertengahan dan latin yaitu conflictus yang bermakna membentur,menolak dan tidak selaras (Merriam-Webster's Collegiate Dictionary,2011).

Sedangkan pengertian peace/perdamaian secara terminologis (istilah) adalah tidak adanya peperangan /conflict kekerasan, sedangkan arti perang adalah konflik kekerasan secara langsung, jadi perang terjadi ketika tidak bisa dicapainya penyelesaian konflik melalui metode tanpa kekerasan sehingga memaksa pihak-pihak terlibat perselisihan tadi untuk melakukan aksi kekerasan sebagai satu-satunya cara.

Perdamaian dunia adalah sebuah gagasan kebebasan, perdamaian, dan kebahagiaan bagi seluruh negara dan/atau bangsa. Perdamaian dunia melintasi perbatasan melalui hak asasi manusia, teknologi, pendidikan, teknik, pengobatan, diplomat dan/atau pengakhiran seluruh bentuk pertikaian.

Sebagaimana yang kita ketahui keadaan dunia sekarang, perang memang menurun. Orang-orang sudah malas untuk melangsungkan perang. Cara pandang manusia dan keadaan yang melingkupinya sudah banyak berubah. Pada zaman pra-modern, ketika sumber kekayaan terletak di dalam tambang emas, ladang, atau perbudakan akan sangat wajar berpikir bahwa menginvansi dan menaklukkan sebuah wilayah adalah keuntungan. Sedangkan era sekarang ketika sumber kekayaan terletak pada tiap-tiap kepala insinyur, ilmuwan, teknokrat, dan tiap-tiap kepala penting, sangat tidak wajar menaklukkan sebuah wilayah untuk mendapatkan keuntungan, selain mendapati kerugian bahwa ongkos perang begitu besar. Ketika kita telah selesai dengan satu persoalan, maka akan selalu hadir persoalan lain lagi yang datang. Kalimat itu pun persis dengan keadaan sekarang, ketika kekerasan fisik yang ditandai oleh perang telah hampir redup dan padam, hadir kekerasan lain yang tak kalah mengerikan, yaitu kekerasan mental yang menyebabkan tingginya angka kematian melalui bunuh diri. Umat manusia, setidaknya, telah berhasil lepas dari tiga persoalan mengerikan yang mengancam kehidupannya: kelaparan, wabah, dan perang. Lalu sekarang hadir persoalan baru yang tidak kalah mengerikan juga, yakni ketidaksehatan mental. Serta di era 4.0 seperti sekarang ini, era semua serba internet, depresi semakin menjadi-jadi.

Pada abad ini kekerasan yang paling menyebar dan mengerikan bukanlah kekerasan fisik seperti abad-abad yang lalu, tetapi kekerasan mental yang disebabkan oleh misal tekanan sosial, keterasingan, kesulitan ekonomi, atau pengaruh buruk media sosial. Generasi kita ingin berbondong-bondong memindahkan segalanya ke internet, maka peperangan, kekerasan fisik pun sekarang diubah menjadi virtual, digusur ke dalam internet. Pistol dan pedangnya adalah jemari dan kata-kata yang tidak enak.

Sejarah telah berubah, dan ini adalah kenyataan bagi generasi saya. Bahwa ancaman yang akan sering saya hadapi bukanlah ancaman perang yang berdebu dan panas, tetapi kotak-kotak foto yang digulirkan oleh diri sendiri dalam layar handphone.

Saat ini di era millenial, dimana pemuda di pandang sebagai salah satu ujung tombak pembangunan dan pembawa perdamaian dunia di masa yang akan datang. Pemuda memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk menciptakan perdamaian di dunia. Pemuda yang selalu punya pikiran kreatif dan inovatif dianggap memiliki peluang besar untuk ikut berpatisipasi  dalam perdamaian dunia. Karena perdamaian dunia tidak hanya menjadi tugas para manusia atau para pemimpin yang lumayan berumur dengan segudang pengalaman dan dengan kurun waktu yang lama dalam mengabdi pada negara, namun generasi muda sebagai calon pemimpin di masa depan harus juga turut ambil alih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline