Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang popular di Dunia. Kepopuleran tentang olahraga ini banyak disadur menjadi suatu cerita menarik dalam sebuah manga.
Banyak judul manga terkenal yang berfokus pada sepakbola seperti Captain Tsubasa, SHOOT!, Fantasista, Ourfield, Offside, dan yang sekarang sedang booming yaitu Blue Lock. Dari sekian banyak manga tentang sepakbola yang pernah saya baca, ada satu judul manga yang sangat menarik yaitu Giant Killing.
Giant Killing, merupakan salah satu istilah yang cukup popular dalam dunia sepakbola Inggris dan sering muncul dalam kompetisi The Football Association Challenge Cup (FA Cup).
Kompetisi sepakbola ini diikuti oleh seluruh tim sepakbola di Inggris dari semua kasta. Giant Killing, yang secara harafiah berarti pembunuhan raksasa, terjadi saat tim dari kasta tertinggi (Premier League) bertemu dengan tim dengan kasta yang lebih rendah dan kalah.
Salah satu contoh Giant Killing di era modern yang terkenal adalah ketika Chelsea, yang menjuarai Liga Premier pada musim 2014/2015, harus takluk dari Brentford, tim dari kasta ketiga liga Inggris.
Manga Giant Killing mengambil tema yang mirip dengan fenomena Giant Killing dalam dunia persepakbolaan. Manga ini bercerita tentang sebuah klub sepakbola yang bernama East Tokyo United (ETU), sebuah tim sepakbola kecil dari Tokyo yang kesulitan bersaing setelah ditinggal oleh pemain bintangnya, Takeshi Tatsumi.
Beberapa tahun setelah Tatsumi pergi, ETU mengalami penurunan performa sehingga mengalami krisis dan sempat terdegradasi. Dalam upaya membangkitkan kembali ETU, manajemen berusaha merekrut kembali Tatsumi bukan sebagai pemain, melainkan sebagai manajer. Perjalanan ETU di bawah kepemimpinan Tatsumi inilah yang menjadi inti utama dari manga Giant Killing.
Sebagai pembaca, kita disuguhi tentang bagaimana Tatsumi melakukan pendekatan terhadap anggota tim dengan karakter yang berbeda. Ada Kuroda yang pemarah, Prince sang Playmaker yang flamboyan, Murakoshi yang dijuluki sebagai Mr. ETU, Natsuki yang hanya bias mencetak gol dari posisi sulit, dan lain-lain.
Salah satu karakter yang paling disorot adalah seorang pemain muda ETU yang bernama Daisuke Tsubaki. Menggunakan nomor punggung yang sama dengan Tatsumi pada saat ia masih aktif bermain, Tsubaki secara perlahan bertransformasi menjadi tulang punggung ETU. Cerita tentang Tsubaki ini dikemas dengan cukup baik sehingga menjadi suatu cerita yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ETU.
Keunikan manga Giant Killing yang membuatnya menjadi berbeda adalah kepiawaian pengarang mengambil sudut pandang sepakbola dari berbagai sisi. Kita diajak melihat perkembangan ETU menjadi sebuah tim yang solid dari sudut pandang pemain, pelatih, manajemen, jurnalis, dan suporter.
Konflik yang diangkat pun tidak hanya berkutat di lapangan hijau saja. Kita disuguhi bagaimana ETU berusaha mengatasi ketidakpuasan suporter terhadap permainan tim, bentrok internal antara suporter ETU, ketidakpercayaan sponsor terhadap prestasi tim. Hal-hal seperti ini jarang disorot di manga-manga sepakbola lainnya.