Lihat ke Halaman Asli

Emanuel Hayon

•Menulis adalah tanda berpikir

Perang Atas Covid-19 Yang Setengah Hati

Diperbarui: 28 Juli 2020   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Laporan Media Harian COVID-19 (BNPB)

Entah mengapa, pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tentang "perang semesta" terhadap pandemik covid-19 terbukti benar. 

Awal mula, ada yang menganggap bahwa pernyataan tersebut hanya kiasan belaka. Tapi, visi berpikir anak muda ini melampaui anggapan negatif lawan politiknya. Hari-hari belakangan ini, diantara meningkatnya pasien yang positif covid-19, pernyataan "perang semesta" atas covid-19 dari AHY sepertinya harus dijalankan.

Walau demikian, semua tahu bahwa Partai Demokrat tak sedang berkuasa. Hanya alangkah baiknya, ada beberapa hal yang dijalankan oleh pemerintah, meski tak sepenuhnya hal tersebut berjalan dengan baik.

Berangkat dari hal tersebut, muncul banyak persoalan yang serta merta menumpuk hingga perang atas covid-19 masih terkesan setengah hati. Salah satunya tentang apa yang harus dilakukan pemerintah ke depan.

Mempertanyakan Visi Pemerintah

Diantara perdebatan kita hari-hari terkahir ini tentang kerja sama uji coba CoronaVac (obat penawar COVID-19 dalam bentuk vaksin yang diproduksi oleh  perusahaan asal negeri tirai bambu - China Sinovac Biotech) dengan perusahaan plat merah Biofarma, terselip beberapa hal penting yang harus kita kritisi.

Pertama, ada kesan bahwa pemerintah terlalu fokus pada vaksin tanpa menyiapkan strategi apa yang harus diambil sambil menunggu vaksin diproduksi masal. Benar, vaksin adalah senjata terakhir untuk menghentikan penyebaran covid-19, namun antisipasi apa yang disiapkan sebelum vaksin selesai dikerjakan tidak ditonjolkan. Padahal, semua lembaga penelitian menyebutkan bahwa butuh waktu hampir setahun baru bisa diproduksi masal. 

Pertanyaannya, apa yang sudah disiapkan pemerintah untuk mengantisipasi sebelum vaksin disebarluaskan ?

Kedua, berdasarkan data Kementerian Kesehatan per hari ini (28/7/2020) disebutkan bahwa jumlah penderita COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah mencapai 102.051 orang. Ini berarti, kurva kasus corona di Indonesia masih tegak lurus. Dengan catatan demikian, penulis tidak sedikitpun melihat adanya evaluasi yang menyeluruh terkait "new normal" yang didengungkan dan dijalankan pemerintah. 

Padahal, jika "new normal" berhasil, pasti curva sebaran angka pasien positif menurun. Rupanya ini tak sesuai prediksi. Bahkan sadisnya, cluster covid-19 bertambah dan menyebar hingga ke ruang kantor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline