Lihat ke Halaman Asli

Emanuel Hayon

•Menulis adalah tanda berpikir

Kalung Antivirus Covid-19, Obat atau Jimat?

Diperbarui: 9 Juli 2020   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Ilustrasi pemeriksaan pasien COVID-19 (Shutterstock).

Sembilan jam yang lalu, cuitan Achsanul Qosasi menjadi trending topik. Cuitan anggota BPK ini pun hingga saat ini di-retweet sebanyak 500 kali. Substansinya jelas, mempertanyakan kalung anti virus COVID-19 yang segera diproduksi oleh Kementerian Pertanian.

Dengan sikap ilmiahnya, Achsanul kemudian melempar satu pertanyaan yang menukik dan lucu jika dipandang dari sudut rasional. Ini kalung anti-virus atau jimat?

Memang terdengar lucu dan di luar nalar ilmiah. Hanya saja, Achsanul sebenarnya kritis dan tegas mengkritik rencana Pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang segera  memproduksi masalah kalung anti virus COVID-19. 

Bagi Achsanul, ini aneh karena dengan demikian Pemerintah sedang mengabaikan perusahaan farmasi plat merah yang paling disegani di Asia Pasifik, Biofarma. Singkatnya, mengapa harus Kementerian Pertanian padahal bangsa ini punya Biofarma ?

Memang sikap kritis Achsanul ini benar-benar rasional. Selain mengabaikan Biofarma yang sudah terkenal dengan hasil farmasi yang berkualitas, di sisi lain tidak adanya  riset bersama antar-kementerian dan perusahaan farmasi BUMN.

Ego Sektoral 

Bagi penulis, cuitan Achsanul memang membuka banyak takbir dalam lingkaran kerja sama lintas sektoral Pemerintah. Hari-hari yang panjang di tengah pandemik COVID-19, menjadi simbol bagi kita mengukur kerja sama sektoral.

Kehadiran kalung anti-virus yang ditemukan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) memang dianggap bagus dan baik, tapi efek menjalankan penelitian tanpa mengabaikan sektor lain seperti kedokteran, bahkan biofarma sekaligus menunjukkan ego sektoral masih menjadi momok yang paling besar dalam mengembangkan riset dan penelitian.

Sebelum hal ini muncul, sebelumnya Lembaga Penelitian Eijkman juga mengeluhkan hal yang sama. Ego sektoral membuat banyak peneliti tidak bisa sinkron dengan sesama lembaga di dalam pemerintahan.

Penulis menilai, ego sektoral ini sangatlah penting. Lalu mengapa penting ?

Pertama, menanggalkan sikap ego sektoral antar-instansi plat merah bisa mendorong kualitas dan hasil yang maksimal. Sejak rilis dari Kementerian Pertanian yang dikeluarkan terkait kalung anti-virus ini menjadi bahan candaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline