Lihat ke Halaman Asli

Emanuel Hayon

•Menulis adalah tanda berpikir

Perginya Sang Maestro Musik Liturgi dan Musik Daerah NTT

Diperbarui: 24 Januari 2020   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Setahun yang lalu, gemuruh tepuk tangan terdengar dari salah satu gedung di Universitas Tadulako ( Untad) Palu. Pria tua dengan rambut yang memutih berjalan ke arah podium. 

Di atas podium, Rektor Universitas Tadulako (Untad), Prof Dr Ir Muh Basir, SE, MS, bersiap menyambutnya dan menyerahkan penghargaan atas karyanya menciptakan lagu hymne Untad yang mengisi aktivitas civitas akademi ini hampir 35 tahun.

"Harapan saya untuk Untad, sudah tersirat dalam syair lagu ini. karena syair lagu ini berisi pesan dan doa serta harapan yang dibungkus dengan lagu, agar gaungnya sampai kepada pendengarnya," ujarnya saat itu.

Itulah sebuah pengakuan atas karyanya usai 35 tahun tak pernah ada kabar lagi setelah beliau menciptakan lagu hymne Universitas Tadulako pada medio 1980-an.

Pria tua berambut putih itu adalah Apoli Bala Wutun. Apoli Bala Wutun dilahirkan di  Lewuka, Lembata, NTT 75 tahun lalu. Bakat musiknya sudah tumbuh sejak berada di Seminari Menengah Dan Dominggo Hokeng. Hari-hari hidupnya dihabiskan dengan menghasilkan banyak karya lagu liturgi Gereja Katolik hingga menggubah lagu untuk lembaga pendidikan.

Sebelum pensiun, Apoli Bala adalah dosen Bimbingan dan Konseling (BK) untuk Program S1 di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Latar belakangnya sebagai dosen BK menjadi bekal utama baginya dalam menuntun kelompok paduan suara Sekar Sari yang didirikannya menjadi besar hingga terkenal saat ini.

Musik adalah segalanya. Musik adalah belahan jiwanya setelah cintanya untuk tiga anaknya dan istrinya. Hampir semua hari hidupnya diisi dengan menggubah lagu liturgi, mendaur ulang lagu musik liturgi hingga menjadi komposer Sekar Sari.

Lalu mengapa Apoli Bala disebut komposer musik liturgi ? Bagi penulis, semua warga katolik pasti akan mengingatnya dan lagu ciptaanya yang terpampang di semua buku lagu pujian misa. Salah satu yang fenomenal adalah "Cinta Kasih Allah".

Semangatnya dalam menuntun banyak orang mengenal musik liturgi tidak hanya berhenti pada pengabdiannya bagi lagu gereja katolik, lebih dari itu semangat kecintaannya tersirat pada gubahan lagu-lagu daerah Nusa Tenggara Timur.

Di 2015, dedikasinya untuk musik daerah NTT diganjar penghargaan oleh Radio Republik Indonesia sebagai orang yang paling berjasa dalam menghimpun dan mengembangkan musik daerah NTT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline