Lihat ke Halaman Asli

M. Aminulloh RZ

Hidup Berpetualang

Goyang Dombret Hizbut Tahrir

Diperbarui: 13 Agustus 2020   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HTI (sumber gambar: penanegeri.com)

Kang Dadang paling kasep
Saya suka akang, suka sekali
Bang Mandor paling ganteng
Saya demen akang, demen sekali

Ayo dong bang bergoyang
Biar saya temenin
Jangan lupa sawernya
Buat tambahan saya
Makin banyak sawerannya
Makin asik goyangannya

Promosi gerakan paham Islam transnasional Hizbut Tahrir melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru dunia, seperti lirik lagu ‘goyang dombret’ pencipta Ukat S diatas. Dengan balutan agama yang menawan dan menarik perhatian, mereka merayu targetnya mengikuti gerakan yang sesekali membuat pening kepala orang yang melihatnya. 

Suara yang merdu bagai burung emprit, mereka mengajak sejumlah orang berpengaruh, baik pengusaha,  cendekiawan, profesor, doktor, mahasiswa dan lainnya. 

Ketika sudah bersatu dalam dogma goyangan sang biduan, maka dirinya seolah amnesia bahwa ia mempunyai latar belakang sebagai pengusaha, professor, bahkan doktor yang seharusnya menunjukkan jalan yang benar.

Tidak hanya itu, bahkan mereka berani mengorbankan harga diri dan karirnya, untuk sebuah perjuangan yang dilakukan bagi para penegak khilafah tersebut. Di permukaan bisa kita lihat ketika Prof. Suteki dicopot dari jabatannya oleh rektor sebagai Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum dan Ketua Senat Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (28/10/18). 

Hanya karena menjadi saksi ahli dalam sidang gugatan HTI di PTUN Jakarta dan Judicial Review di Mahkamah Konstitusi pada bulan oktober 2017. Rektor Undip menganggap Prof. Suteki telah melanggar kedisiplinan dalam Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

Jika sudah dalam lingkaran panggung percaturan politik Hizbut Tahrir, makai ia akan khilaf, bukan khilafah. Khilaf akan kebenaran. Otak geniusnya seolah telah tercengkeram erat oleh pendendang khilafah. 

Maka kita perlu waspada, jangan sampai tergoda jauh ke dalam pentas mereka, sebelum orang-orang terdekat kita menegur perilaku yang jauh dari akhlak seorang Muslim. 

Mengapa dikatakan demikian, sebab para penegak khilafah itu tidak memiliki akhlak yang baik. Para penegak khilafah tersebut sebetulnya tidak pernah menghormati dan menghargai para pejuang, pendiri bangsa, dan para syuhada, bahwa atas perjuangan merekalah kita bisa menikmati kedamaian saat ini.

Lebih dari itu, dibalik paham transnasional seperti Hizbut Tahrir, ada dana yang digelontorkan oleh negara-negara adidaya seperti Inggris dan AS. Saweran itulah yang membuat hingga hari ini, kita bisa menyaksikan aksi mereka pada momen politik, seperti pilkada dan pilpres. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline