Meski hanya 3,5 tahun masa pendudukan Jepang atas Indonesia yang dimulai dari Perjanjian Kalijati, Subang, Jawa Barat pada 8 Maret 1942 hingga kekalahan Jepang kepada Sekutu pada Perang Dunia II bersamaan dengan Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 ternyata meninggalkan banyak peninggalan sejarah, diantaranya bunker dan goa.
Sisa sejarah pendudukan Jepang selama ini dikenal banyak ditemukan di daerah-daerah penghasil sumber daya alam seperti minyak bumi dan batu bara guna mendukung kekuatan perang Jepang melawan tentara sekutu seperti Tarakan Kalimantan Timur, Palembang, Jambi, Bukittinggi dan Lubuk Minturun, Sumatera Barat.
Peninggalan sejarah pendudukan Jepang ternyata juga ditemukan di Kota Sungai Penuh, Propinsi Jambi. Situs sejarah sisa pendudukan Jepang berupa goa yang dibangun oleh penjajah Jepang diperkirakan pada tahun 1942 ini berlokasi di sekitar jembatan Sungai Kunyit KM 25, Kota Sungai Penuh. Sungai Kunyit berhulu di Renah Nasianit. Mengarah ke barat menjadi Batang Tapan dan mengarah ke Timur menjadi Sungai Bungkal.
Situs sejarah peninggalan penjajahan Jepang ini pertama kali ditemukan oleh Tim Penelusuran Sejarah yang diutus oleh Walikota Sungai Penuh, Drs. Ahmadi Zubir dan diketuai oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Sungai Penuh, Armen, S.P. pada pertengahan Februari 2022 lalu.
Tim ini melakukan penelusuran terkait jejak sejarah pendudukan Jepang di Kota Sungai Penuh yang selama ini tidak pernah terekspos. Menurut Ketua Tim, goa Jepang ini berfungsi sebagai benteng pertahanan dan sarana pengintai musuh. Dengan adanya temuan goa hasil penelusuran tim-nya ini bisa dilestarikan dan dikembangkan menjadi situs wisata sejarah seperti halnya Lubang Jepang di Bukit Tinggi.
Hal senada juga disampaikan oleh Pemerhati Sejarah, Sosial dan Budaya Kota Sungai Penuh, Hatta Latif, S.H. yang juga tergabung dalam tim penelusuran jejak sejarah pendudukan Jepang di Kota Sungai Penuh. Menurutnya, gua buatan Jepang ini dibuat sebelum pembangunan Lobang Jepang di Lubuk Minturun Padang, dan Lobang Jepang di Bukit Tinggi.
Pasalnya, Pesisir Selatan merupakan pelabuhan laut terbesar pada masanya sebelum dibangunnya Pelabuhan Teluk Bayur. Goa ini sengaja dibangun oleh penjajah Jepang sebagai bagian dari strategi pertahanannya.
Berbeda halnya dengan pembangunan Lobang Jepang di Bukit Tinggi yang dicatat dalam sejarah berkaitan dengan praktik Romusya dan diwarnai dengan pembantaian pribumi guna mendukung strategi perang Jepang melawan tentara sekutu, di Kota Sungai Penuh tidak pernah ada aksi pembantaian warga pribumi. Yang terjadi justru malah sebaliknya, tentara Jepang banyak yang terbunuh di Pelabuhan Pesisir Selatan.
"Yang terjadi justru malah sebaliknya, tentara Jepang yang banyak terbunuh", ucap Hatta Latif.
Hal yang sama juga terjadi pada penjajahan Belanda, cukup sulit bagi Belanda untuk menaklukkan wilayah kekuasaan Kerajaan Indrapura. Menurut Hatta Latif hal ini terkait dengan kearifan lokal di kalangan masyarakat yang masuk dalam wilayah Kerajaan Indrapura yang terkenal dengan sebutan Sakti.
"Hal ini terkait dengan senjata yang tidak terlihat dengan kasat mata," ujar Hatta Latif.