Lihat ke Halaman Asli

Eliza Bhakti

Environmental Enthusiast

Seni Membaca dengan "Sadar"

Diperbarui: 6 November 2024   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deretan Buku di Perpustakaan Cikini/dokpri

Saat kecil, jika ditanya apa hobimu? Membaca adalah jawaban yang selalu saya lontarkan secara konstan. Sayangnya, meski menyebut diri sebagai pembaca, entah berapa kali saya tertidur saat membaca buku. Barisan kata-kata dalam buku seolah berbaris menghipnotis untuk terlelap.

Sekarang saat saya sudah dewasa, rentang atensi saya makin memburuk. Kemampuan untuk melahap buku-buku tebal saya akui terus menurun. Oh, tentu saja secara defensif saya akan mengatakan bahwa media sosial lah penyebabnya. Argumen saya tentu saja mengacu pada artikel theoxfordblue.co.uk pada Maret 2023, bahwa video pendek mematikan rentang atensi kita. Saat ini kita menjadi lebih sulit untuk duduk dan melihat video panjang, karena video pendek lebih mudah dicerna. Adiksi terhadap video pendek merenggut rentang atensi kita. Hal ini selaras juga dengan menurunnya rentang konsentrasi saat mencerna buku, karena suguhan artikel clickbait dan pesan singkat lebih digemari.

Minimnya rentang konsentrasi, mengakibatkan saya kesulitan dalam menemukan intisari buku. Apalagi saat ini kita dengan mudah dapat meminta Artificial Intelligence (AI)  untuk "membacakan" buku, bahkan merangkumnya! 

Kembali Membaca dengan “Sadar”

Sekitar 3 tahun lalu entah karena gabut efek pandemi atau memang sudah saatnya saya mendapatkan enlightment, tiba-tiba saya seperti mendapatkan “Aha moment” untuk kembali membaca. Tak hanya sekedar membaca, saya berusaha untuk membaca dengan “sadar”. Membaca dengan tenang dan meresapi setiap sajian penulis.

Salah satu pemicu kembali saya menjadi book nerd  yaitu saat mendengarkan podcast Beginu Kompas.com yang dipandu Mas Inu, dengan bintang tamu  Maman Suherman. Kang Maman -begitu ia kerap disapa, begitu cintanya dengan membaca dan dunia literasi dan kini banyak memberikan donasi buku untuk perpustakaan di daerah terpencil. Penulis berusia 59 tahun ini menggaris bawahi bahwa membaca tak hanya membaca, namun membaca adalah proses untuk mencerahkan, memperkaya dan memberdayakan.

Mungkin konsep membaca dengan "sadar" ini lah yang membuat Kang Maman tetap setia untuk membaca meski sudah puluhan tahun aktif di dunia literasi. Konsep membaca dengan “sadar” artinya kita tak lagi mengejar kuantitas buku yang kita baca atau seberapa cepat kita bisa membabat bacaan. Membaca dengan “sadar” membawa kita kembali ke makna membaca itu sendiri. Membiarkan diri untuk tenggelam dalam imajinasi dan tutur kata sang penulis. 

Sepertinya sudah sangat lama saya tak membaca dan hadir utuh dalam bacaan yang saya baca. Beda dengan dahulu saat saya duduk di kelas 5 SD membaca buku “Taman Rahasia” -yang menjadi hadiah karena rapor catur wulan saya bagus- dengan perasaan takjub membayangkan keindahan flora yang ada di sana.

Saat itulah, dengan perlahan saya kembali menjadi pembaca yang "sadar".

Membaca untuk Menulis

Dari podcast Kang Maman ada satu hal yang cukup menginspirasi saya, bahwa selain membaca dengan sadar ada satu hal lain yang dilakukan Kang Maman untuk menjadi bahan bakar kegemaran membaca, yaitu menulis resensi. Menulis resensi menjadi begitu menyenangkan bagi Kang Maman karena merupakan hobi yang dibayar. Pundi-pundi honor (yang tak seberapa) kemudian bisa ia putar kembali untuk membeli buku-buku baru lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline