Pak Tua, itu sebutan untuknya yang memang dilihat dari penampilan fisiknya memang sudah tua. Rambut memutih, badan mulai bungkuk, dan kerutan sudah tampak dari wajah dan lehernya. Pak Japari nama aslinya, tapi tak seorang pun di desa itu yang ingat namanya, mereka terbiasa memanggilnya pak tua. Dia tinggal di desa nelayan kecil di bagian ujung timur selatan pulau Jawa, berbatasan dengan hutan belantara. Saban petang dia mulai melaut untuk mencari tangkapan ikan. Uniknya pak tua itu hanya menangkap kuda laut saja, sudah 75 tahun dia menjadi nelayan pencari kuda laut.
Dia tinggal sendiri di gubug reot di desa itu, istrinya sudah 25 tahun yang lalu meninggal, sedangkan anak laki-laki semata wayangya merantau ke ibu kota menjadi tukang parkir di salah satu pertokoan di sana, yang entah sudah berapa puluh tahun tidak pulang untuk berlebaran atau menjenguk keadaannya. Sudah sering anaknya membujuk supaya bapaknya pindah dan tinggal di Jakarta, tapi tetap saja pak tua tidak bergeming. Kecintaannya akan laut dan kuda laut selalu membuatnya tetap tinggal.
"Pak tua, pak tua...., apa hari ini kita melaut?" .Panggil wahyu, anak bajang berumur 14 tahun yang selalu ikut pak tua melaut
"Nanti kita lihat dulu, kalau cuaca seperti tiga hari yang lalu, yah... kita tidak jadi melaut". Jawab pak tua enteng
"Walah, sudah 6 hari tidak melaut...", ujar wahyu lirih
"Sabar, semua sudah di atur yang di atas..."nanti, lewat 10 hari lagi pasti hasil tangkapan banyak"
"Walah...mugi wae pak tua...", wahyu ingat betul 10 hari lagi adalah tradisi upacara petik laut yang dirayakan meriah di desa tetangga mereka, pak tua tidak pernah meleset prediksinya, melaut setelah upacara petik laut memang sedikit memberi keuntungan.
Sudah 4 tahun wahyu ikut pak tua memancing dan menebar jala, dia adalah anak ke 11 dari seorang nelayan di desa yang sama dengan pak tua, dia anak yang paling bungsu dari 11 bersaudara dan sudah putus sekolah semenjak 2 tahun yang lalu, karena ketidak adaan biaya, padahal wahyu terkenal cukup pandai di kelasnya. Wahyu memutuskan ikut pak tua mencari ikan karena memang dia ingin belajar menjadi nelayan, suatu hari kelak dia pasti mengikuti jejak bapak dan kakak-kakaknya untuk menjadi nelayan. Sepertinya dia pasrah pada nasib dan menerima kenyataan dengan riang. Sejatinya pak tua sadar betul bahwa wahyu sering termenung dan masih merasa berat meninggalkan bangu sekolah. Selepas tamat SD dia tidak dapat melanjutkan kejenjang SMP.
Dalam tahun-tahun wahyu melaut dengan pak tua tidak jarang dan sering meraka pulang hanya membawa pulang beberapa ikan kakap dan kadang ikan layur, yang jumlahnya hanya cukup untuk lauk mereka sehari-hari. Pak tua hanya memiliki 1 buah jaring lebar yang sudah dia tambal berkali-kali. Pernah suatu ketika wahyu bertanya kenapa pak tua kenapa pak tua hanya menangkap kuda laut bukan ikan seperti nelayan yang lain. Jawab pak tua dengan enteng, "sebab kuda laut bisa dibuat obat, bukan seperti ikan biasa yang hanya bisa dijadikan lauk makan". Entah benar atau salah wahyu mempercayai penjelasan pak tua hingga sekarang.
Setelah menunggu sekitar 2 jam sebelum subuh,tanda-tanda hari cukup cerah dan ombak laut cukup tenang. Pak tua dan wahyu mempersiapkan bekal untuk 1 hari melaut. Bekal makan berupa nasi dingin, ikan asin serta daun pakis rebus dibumbu kelapa parut, mereka bawa ke perahu sampan pak tua. Perahu sampan pak tua tidak bermesin dan di kayuh dengan dayung kayu sederhana, Dicat warna hijau dan merah yang cat nya sudah mengelupas disana sini hanya terlihat warna asli kayu kapal yang berwarna kecoklatan. Mereka mulai mendorong perahu sampan ke tengah laut bersama-sama.
"satu, dua, tiga...., satu, dua, tiga" mereka mendorong perahu dengan serempak , wahyu berteriak lantang untuk menyearahkan dorongan sampan dengan pak tua. Walau wahyu bertubuh ceking dan tinggi dia cukup piawai mengarahkan perahu ke arah laut, dan dapat mengimbangi pak tua yang sudah kawakan itu. Hari itu, kamis wage wahyu dan pak tua mulai melaut setelah 6 hari mereka tidak melaut. 3 jam pertama mereka melaut mereka tidak mendapatkan seekor ikan pun, begitu juga dengan 1 jam kemudian. dan 1 jam kemudian mereka hanya mendapatkan 2 buah ikan Kerapu berukuran sedang. Mereka berdua sedikit kecewa dan mulai mengarahkan kapal ke arah barat daya menuju kawasan terumbu karang atol dengan perairan dangkal lainnya. Kuda laut adalah satwa ikan yang unik yang berhabitat di perairan dangkal kurang dari 20 M, mereka memakan larva dan udang kecil-kecil.