images by google ***Hanya hujan sesaat*** Berat menggelayut sang awan tak rela lepaskan butiran cristal bening Orang bergegas sambil menengadah dalam carut marut ... Langit gelap kelam lah Diliputi dingin dalam keagungan yang misterius Langkah kaki ku terhenti di sudut jalan ... Terbius memandang mu Wahai dirimu yang menari dalam kelam dan dinginya hujan Meliuk dan terus melenggok Lincah gerakan kaki mu Lemah gemulai jari lentik mu Lembutnya alunan gerak seolah deru raungan hujan adalah musik gamelan mu Bidadari hujan kah engkau? Untuk siapakah kau menari dengan indahnya? Tapi kenapa wajahmu sendu dan tercabik? Ku lihat butiran bening di sudut mata mu.. Sisa embun pagi kah itu? Percikan butiran hujan kah itu? Atau.. Air mata mu... wahai penari dalam hujan... Dalam bayang temaram hujan siluet mu membawa kesenduan meliuk mencuri waktu dan hati mengiris iris kekosongan Pedih, sepi mengalun Wahai sang penari.... Bukankah Tak kan selamanya hujan akan mendera mengguyur Bintik butiran cristal beningnya kan berganti mentari Gelap gelayut awan kan tersaput angin ke samudra rinai rinai hujan berhenti mendendangkan nyanyian kesunyian masihkah kau akan menari? ....... Saat ini...hujan tlah berhenti langit bersorak menyambut pelangi maha warna Dan ku masih termangu di sudut jalan Kosong... Sosok mu lenyap tersapu angin.. Di depan ku, Ada kaca bening estalase toko memantulkan bayang ku Ku hela nafas Melanjutkan langkah ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H