Lihat ke Halaman Asli

Ely Isnaeni Nur Hidayah

Mahasiswa UIN Salatiga

Perempuan, untuk Apa Berpendidikan?

Diperbarui: 10 Juni 2022   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Untuk apa berpendidikan? Ujung-ujungnya juga di dapur."

"Untuk apa berpendidikan? Nanti enggak nikah-nikah."

"Untuk apa berpendidikan? ..."

Duh, di zaman sekarang ini, pasti masih ada yang mendengar kalimat yang begitu. Terlebih kalau masyarakat yang tinggal di pedesaan, pasti dekat sekali dengan ucapan-ucapan tersebut. Berdeda dengan masyarakat di perkotaan, yang umumnya lebih memiliki kemudahan untuk mengakses pendidikan dan pemikiran masyarakatnya yang lebih maju. Pasti jarang sekali mendengar celoteh masyarakat yang demikian.

Lalu, kalau dapat ucapan-ucapan yang demikian gimana? Haruskah bersedih? Atau berbanggahati menjadikan kamu sombong kalau kamu sedang menempuh pendidikan tinggi?

Tujuan kamu berkuliah bukanlah untuk menyombongkan diri, tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati. Kita tak perlu memperdulikan ucapan semua orang, cukup fokus. Fokus dengan tujuan kita. Untuk apa kita kuliah. Ucapan orang-orang, biarlah. Mereka tak punya kontribusi apapun terhadap langkah kita.

Mengapa perempuan perlu berpendidikan tinggi? 

Perempuan sebagai madrasah pertama bagi anaknya

Kelak, seorang perempuan yang telah menikah, yang InsyaAllah diberikan keturunan. Mereka memiliki tugas untuk mendidik dan menyayangi anak-anak mereka. Mendidik, tentu perlu ilmu. Ilmu bisa kita dapatkan dimana saja. Tak terbatas pada perguruan tinggi.

Perempuan akan baik akhlaknya dengan adanya ilmu

Ya, tak perempuan saja sebenarnya. Tapi juga bagi setiap manusia. Dengan ilmu, seseorang akan memiliki akhlak yang baik.

Tapi kenapa saya sering menemukan seorang yang berilmu tapi minim akhlak?

Mungkin kamu sempat bertanya-tanya, kenapa kok begitu? Ya, ketika seorang yang berilmu tetapi minim akhlak, bisa saja pembelajaran dari ilmu yang di dapatkan hanyalah ilmu semata, tidak dengan ilmplemetasi dan kerendah hatian kita sebagai manusia, bahwa Allah lah yang memberikan kita pengetahuan dan kemudahan dalam memahaminya. Barangkali mereka lupa bahwa apa yang ada pada diri mereka semata-mata datangnya dari Allah, sehingga membuat mereka sombong dan berbangga hati kemudian melupakan tuhannya. Semoga Allah karuniakan hidayah untuk kita para penuntut ilmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline