Lihat ke Halaman Asli

Elyia Baru Sianturi

Pengajar dan Penulis

Dari Rasa Takut hingga Menjadi Pahlawan

Diperbarui: 3 Juni 2024   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi donor darah. (Sumber gambar: dopri)

Beberapa hari yang lalu saya donor darah yang ke 3 kali. Sebelum saya sering berencana datang ke PMI Salemba Jakarta untuk donor darah berhubung masih dekat kantor dan hampir setiap hari melintasi tempat tersebut usai pulang kantor namun terkendala karena kesibukan. Terakhir saya donor sekitar 4 tahun lalu.

Saya mulai “rajin donor darah” sejak isteri saya beberapa kali sakit dan harus dioperasi. Karena pada saat itu diperlukan transfusi darah. Waktu itu kami tidak berpikir ini darah siapa? Tetapi darah itu telah menyelamatkan isteri saya berkali-kali. Sejak saat itu saya mulai donor darah untuk menolong orang-orang yang membutuhkannya.

Belakangan ini saya baru sadar bahwa darah yang saya sumbangkan tidak hanya memiliki “value tinggi” untuk orang yang membutuhkan transfusi darah namun di sisi lain dapat menyelamatkan nyawa manusia.

Pengalaman saya pertama kali donor darah tahun 2018 di salah satu Supermarket Cimanggis Depok. Perasaan saya waktu itu cemas karena takut jarum suntik dan juga takut lihat darah. Namun karena niat mulia untuk menolong orang lain, saya kesampingkan segala kekuatiran itu. Sejak saat itu saya tidak takut lagi dan semakin berani serta terus ingin donor darah.

Menjadi pendonor darah tidaklah mudah. Ada screening, wawancara dan test kesehatan. Jadi cukup ketat. Pada formulir pendaftaran Anda harus mengisi banyak questioner dan mengisinya dengan jujur supaya tidak menimbulkan bahaya bagi resipien. Oleh karena itu Anda mesti lebih berhati-hati untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit, tidak terlibat penyalah gunaan obat-obatan, zat adiktif, narkoba, pergaulan bebas atau seks bebas dan sebagainya.

Ternyata orang yang lagi kurang sehat atau sedang berobat atau mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik juga tidak dizinkan donor.

Yang lebih mengherankan saya adalah pertanyaan tentang apakah Anda pernah berpergian atau pulang dari sebuah negara dalam 6-12 bulan terakhir. Ternyata salah satu negara Eropa dan Afrika telah diawasi guna menangkal penyebaran penyakit-penyakit tertentu yang berdampak pada gagalnya donor darah. Dulu hal-hal seperti ini tidak pernah ditanyakan dalam pengisian formular donor darah. Namun belakangan ini rupanya telah menjadi atensi.

Bila Anda pernah pernah ke negara-negara tersebut dan juga terlibat dengan hal-hal yang disebutkan diatas maka sudah pasti Anda tidak memenuhi kualifikasi sebagai pendonor. Anda harus menunggu dalam jangka waktu tertentu serta mengikuti berbagai ketentuan para medis agar diwaktu-waktu berikutnya Anda bisa donor.

Jadi rekan-rekan kita harus menjaga kesehatan tubuh, mental dan rohani supaya dapat menjadi berkat atau menolong orang lain yang membutuhkan bantuan kita, seperti donor darah. Kebutuhan darah akan semakin meningkat saat dibulan puasa. Sekalipun Anda berpuasa, Anda masih bisa donor darah, yang penting pilih waktu yang tepat dan jaga kebugaran tubuh. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. (EBS.29/05/2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline