Lihat ke Halaman Asli

Elya Dz Azizah

Elya Dzurrotul Azizah

Disleksia What's Wrong?

Diperbarui: 8 Desember 2020   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

Pernah beberapa waktu lalu, saya membaca buku dari Ibu Amalia Prabowo yang berjudul Wonderful Life. Dimana buku tersebut menceritakan tentang anaknya yang bernama Aqil dan mengalami gangguan bahasa, anak tersebut ketika disuruh mengatakan sendok dia malah mengucapkan nesdok, dan lain sebagainya. J

uga hal serupa dialami dalam film India yang berjudul Taare Zamen Par, dimana anak yang bernama  Ishaan Awasthi tersebut juga mengalami disleksia. 

Akan tetapi, rata-rata orang tidak mengetahui bahwa sebenarnya mereka mengalami gangguan kesulitan belajar. Tetapi kebanyakan orang tetap memaksa bahkan tidak terima jika anaknya sebenarnya mengalami gangguan belajar, mereka tetap beranggapan anak tersebut tidak mengalami masalah bahkan ada juga yang beranggapan anak yang mengalami kesulitan belajar tidak pernah belajar.

Padahal jawaban sebenarnya tidak, anak yang mengalami kesulitan belajar jika cara penyampaian materi sama dengan anak yang pada umunya maka anak tersebut akan menambah kesulitan dalam belajar, terlebih lagi jika banyak tekanan-tekanan dari luar yang memaksa anak harus bisa ini itu. 

Ya bayangkan aja anak TK pada umunya yang ditekan harus bisa aljabar, integral, atau pelajaran lainnya yang seharusnya tidak ada di bangku TK. Tentu saja jawabannya anak tidak akan bisa dan bahkan tertekan. Begitu juga yang dirasakan anak kesulitang belajar.

Lalu apakah hal tersebut bisa disembuhkan? Tentu saja bisa, tentunya hal tersebut membutuhkan kesabaran, keuletan, dan teratur. Jika dilihat dari buku Wonderful Life dan film Taare Zamen Par mereka memiliki cara tersendiri dalam menyembuhkan. 

Jika di film Taare Zamen Par, guru menginginkan jam khusus bersama anak tersebut. Awalnya, guru mengembalikan kepercayaan diri anak terlebih dahulu, lalu setelah itu berusaha mendekati dan memberi pengajaran khusus seperti menulis di atas pasir dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam buku Wonderful Life, bunda lebih tidak memaksakan kehendak anak, bahkan bunda rela menghabiskan waktu bersama anak untuk pergi jalan-jalan menuju hutan, agar anak bisa mengekspresikan keadaan dan anak bisa menggambarkann lewat gambaran anak tersebut.

Sebenarnya dalam gambaran ini dua anak tersebut memiliki kesamaan yang sama, yakni mengungkrapkan ekspresi lewat gambar atau coretan. Yang mana dari setiap gambar atau coretan memiliki makna masing-masing.

Maka dari itu, jika didapati anak yang mengalami kesulitan belajar jangan menganggap anak tersebut adalah bodoh. Akan tetapi kenali dulu karakter anak dan jangan menyalahkan anak tersebut, tetapi salahkan diri sendiri terlebih dahulu.

Sekian semoga bermanfaat!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline