Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Soal Kenaikan Harga BBM

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membicarakan soal kenaikan harga BBM memang pantas untuk dibincangkan dan dibahas, karena ini menyangkut kebutuhan vital yang menguasai hajat hidup orang banyak. Dan bila terjadi kenaikan pastilah implikasinya sangat luas dalam kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial. Dan yang termasuk hal serupa adalah juga soal kenaikan tarif dasar listrik. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung pada harga-harga kebutuhan pokok hidup kita.

Sesungguhnya kita cukup mengerti dengan kondisi kesulitan negara dalam hal ini, terutama dalam soal kenaikan harga BBM atau pengurangan subsidi terhadap BBM. Disamping itu perbedaan-perbedaan harga tersebut masih sering diselewengkan atau dimanfaatkan oleh pihak yang seharusnya tidak menggunakan BBM bersubsidi. Idealnya memang tidak ada lagi subsidi, sehingga tidak ada lagi penyelewengan-penyelewengan seperti itu. Karena subsidi disamping menjadi beban bagi negara dan juga kontrol terhadap distribusi bagi pengguna BBM bersubsidi tidaklah mudah, secara teori terlihat mudah untuk diterapkan, namun pelaksanaannya dilapangan tidaklah mudah, oleh karena mental sebagian masyarakat kita belum bisa berubah.

Satu hal yang perlu dicatat oleh pemerintah dalam menaikkan harga BBM atau mengurangi subsidi adalah ketepatan waktu momen kenaikan, disamping memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti melihat dan mengukur kemampuan masyarakat dan melihat daya beli atau mengukur kelesuan ekonomi yang akan terjadi yang harus bisa diprediksi dan bisa diperkirakan terjadinya hanya sebentar saja.

Ketepatan waktu atau momen kenaikan harga BBM menjadi penting, karena pada saat tersebut diharapkan masyarakat sudah bisa menakar atau menyiapkan diri untuk mengantisipasi terjadinya kenaikan. Seperti misalnya pada saat kontrak-kontrak kerja tahunan sudah berakhir atau pada saat pembukuan usaha-usaha rakyat ditutup pada akhir tahun, begitu juga penyerapan anggaran belanja daerah dan negara tahun berjalan sudah mendekati seratus persen. Bila setiap kali kenaikan dilakukan pemerintah pada saat tersebut, mudah-mudahan kenaikan tersebut tidak membuat shock keadaan ekonomi rakyat dan kehidupan sosial rakyat. Dan kenaikan tersebut kemungkinan dapat saja dilakukan setiap awal tahun setiap tahunnya hingga tidak ada lagi subsidi BBM, namun hal ini harus didukung berdasarkan hasil evaluasi menyeluruh yang akurat.

Selain itu dalam menyikapi kenaikan TDL listrik, tentunya tidak sama dengan kenaikan harga BBM, sebab listrik bukanlah bahan yang diimpor dari negara lain. Yang harus dijaga dalam hal ini adalah jangan sampai harga perkilowatt listrik di negara kita melebihi harga di negara lain terutama negara-negara tetangga. Bagaimanapun pembangunan pembangkit listrik dan jaringannya serta infrastruktur lainnya adalah tanggung jawab negara. Jangan paksakan PLN mencari dana sendiri untuk membangun pembangkit, jaringan dan infrastruktur lainnya sehingga PLN harus menaikkan tarif listrik. Pemasukan atau penerimaan negara setiap tahunnya dari perusahaan ini tidak akan cukup untuk membangun Power Plant yang masih banyak harus dibangun apakah yang bersumber dari Tenaga Air, Tenaga Batubara, Tenaga LNG, Tenaga Geotermal dan sebagainya. Karena belum saatnya perusahaan ini seperti perusahaan jalan tol yang cuma tinggal memungut bayaran dari pengguna, sehingga pengeluaran perusahaan hanya untuk biaya rutin dan pemeliharaan saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline