Semestinya keberanian untuk mengakui kekalahan dan kesalahan dalam menentukan cara kampanye oleh Prabowo ditunggu oleh masyarakat. Bukan melemparkan berbagai tudingan yang tidak relevan yang mengakibatkan makin keruhnya demokrasi di Indonesia.
Pemilu adalah ajang kontestasi. Bukan ajang untuk melakukan pembelahan persatuan Indonesia. Sebab rumusan Pancasila adalah menjaga kemajemukan Indonesia yang berdiri atas berbagai agama, suku, etnis yang diterima bersama. Dan telah ditetapkan oleh pendiri bangsa dan negara Indonesia.
Sedari awal ada yang salah dalam pilihan dan isi kampanye Prabowo dan dukungan di sekelilingnya. Dimana pendukung Prabowo dengan penuh daya membuat berbagai isu yang menghilangkan jati diri Prabowo yang nasionalis.
Terutama barisan HTI yang berniat mengganti ideologi Indonesia dengan khilafah. Dimana cita-citanya adalah menggantikan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem pemerintahan Islam versi HTI. Dan isu ini kemudian melekat dalam berbagai dukungan dan aksi kampanye yang lebih menonjolkan identitas muslim radikal.
Untuk memuluskan hal ini maka dibangunlah gerakan bernama Ijtima Ulama sebagai bentuk dukungan untuk Prabowo-Sandi. Dimana sebelumnya peran Ulama sebagai pemersatu ummat dan merekatkan perbedaan dan menjaga tidak terjadinya perpecahan sesama ummat dengan tetap menjaga hubungan kemanusiaan berbeda keyakinan dalam harmoni NKRI.
Namun, lewat Ijtima Ulama yang sampai tiga kali, dan terakhir hasil Ijtima Ulama yang rekomendasinya telah keluar dari koridor keulamaan yang semestinya.
Dan telah nampak bukti-bukti permainan politik Identitas ini adalah mainan segelintir orang yang mengatasnamakan ummat Islam untuk nafsu kekuasaan. Cara ini ampuh untuk mengelabui sebagian ummat Islam yang masih menghormati posisi ulama di mata masyarakat biasa.
Sampai saat ini, elemen yang menggerakkan Ijtima Ulama secara perlahan menghilang dari lingkaran Prabowo. Satu persatu menghilang dan tidak bertanggungjawab atas kesalahan dan kekalahan Prabowo. Ibarat kata "Habis manis sepah dibuang".
Sedangkan upaya Prabowo dan Sandi memperjuangkan hak konsitutusinya dengan membawa dugaan kecurangan pemilu ke Mahkamah Konstitusi minus dukungan aktor-aktor penggagas Politik Identitas yang berbaju Ijtima Ulama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H